Hanya saja, makna membaca, menulis dan berhitung sebenarnya harus ditanamkan sejak SD. Secara empiris, anak tamatan SD yang belum fasih membaca, menulis dan berhitung menjadi alasan utama menurunnya grade SD.
Maka darinya guru SD mesti fokus, tahan lelah, dan melayani anak-anak dengan sepenuh hati. Membaca, menulis dan berhitung adalah keterampilan yang bisa terus berkembang. Kuncinya hanya pengulangan, pengalaman, dan usaha pengembangan tanpa putus.
Semuanya berjalan secara bertahap. Kelas 1 SD membaca, menulis dan berhitung terkait hal-hal yang sederhana, konkret dan perlahan-lahan menuju abstrak. Pertanyaannya adalah:
Apa yang sebenarnya mereka baca?
Apa yang seharusnya mereka tulis?
Dan apa yang mestinya mereka hitung?
Fenomena dan kenyataan di sekitar kita seharusnya menjadi sesuatu yang wajib untuk dibaca. Baca dalam artian luas yaitu menggali sedalam-dalamnya hakikat fenomena untuk kemudian mengambil solusi dan renungan.
Tapi kenyataannya malah banyak sekali orang-orang dewasa yang tak bisa membaca fenomena dan mengambil manfaat. Yang ada malah pengabaian, apatis, dan antipati. Pelurusan pikiran ini harus dibekali semenjak SD mulai dari konkret, kritis dan abstrak.
Hal yang harus ditulis adalah kesalahan-kesalahan kita. Kenapa? Lihat saja anak SD yang sanggup menulis "saya mengaku salah karena tidak buat tugas" hingga puluhan halaman. Semua berujung kepada kepekaan dan kelembutan hati. Makin banyak salah, harusnya makin banyak pula perbaikan.
Tapi ngerinya, sekarang ini banyak pula orang yang menghapus jejak kesalahan mereka sendiri, bahkan menganggapnya sebagai kebanggaan dan prestasi luar biasa.
Dan yang semestinya dihitung adalah kebaikan yang sudah kita lakukan kepada orang lain. Bukan semata-mata untuk mengungkit kebaikan atau malah membanggakan diri, melainkan untuk renungan.
Berdalil dari banyaknya kesalahan yang kita tulis tadi, kita dapat mulai menghitung apakah kebaikan kita lebih banyak dari keburukan, atau malah sebaliknya. Jika hasil hitung dan renung kita masih sangat sedikit kebaikannya bagaimana?
Berarti kita makin hari makin buruk dan kian tak berguna dalam hidup. Kelamaan seperti ini kita malah akan merugikan diri sendiri dan orang lain.
Apakah Anak SD bisa kita bina demikian? Sejatinya bisa, dengan cara memberlakukan kejujuran dalam bertindak, serta menghitung nikmat-nikmat gratis dan sederhana yang diterima. Gunanya?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!