Kala itu, pemerintah juga menegaskan bahwa mereka akan mengkaji lebih lanjut dan berkoordinasi dengan Menkeu dan Menpan-RB. Tentu saja para guru honorer menunggu-nunggu pengumuman kenaikan itu. Tapi nyatanya? Sekadar hiburan belaka.
Bahkan karena bosannya menunggu pemerintah, pada februari 2019 kemarin Gubernur Sumut Edy Rahmayadi memberikan gebrakan bombastis dengan menaikkan gaji guru honorer hingga lebih dari 100 persen.
Sebelumnya gaji guru honorer adalah Rp40 ribu/jam, lalu diusulkan oleh DPRD Sumut agar naik jadi Rp60 ribu/jam, tapi Edy malah menetapkan gaji guru honorer Rp90 ribu/jam. Sungguh mulia, dan tentu saja semua guru honorer di Medan menyambut baik ketetapan ini.
Berita ini pun heboh di media massa dan media-media lainnya. Darinya, judul yang terkesan agak clickbait pun diangkat di koran agar semua rakyat tertarik untuk membaca. Kiranya itu berita untuk seluruh Indonesia, tapi ternyata hanya di Medan saja.
Dan peliknya, terobosan-terobosan yang dilakukan oleh pemprov Sumut maupun pemprov lainnya seakan tidak digubris oleh pemerintah. Padahal, pemerintah harusnya menutup wajah dengan 10 jari alias malu atas kebijakan mulia yang telah dilakukan oleh pemprov.
Sejatinya, menaikkan gaji guru honorer bukanlah semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Naik gaji selaras dengan peningkatan kualitas dan harmoni dengan peningkatan kompetensi guru.
Sederhana saja. Dengan naiknya gaji para guru honorer, mereka bisa melengkapi administrasi guru yang tebalnya mencapai 1 rim kertas. Mereka pula bisa menyisihkan uang untuk membeli buku-buku bacaan demi long life education, mereka juga bisa melanjutkan pendidikan.
Dan mulianya, mereka bisa sedikit membantu siswa dengan memberikan mereka kaus kaki, memberikan mereka hadiah berupa buku tulis, atau membantu siswa dengan menjahit sepatu dan baju mereka yang sudah koyak.
Kenapa mulia? Karena kebanyakan guru honorer tidak pernah mengekspos kebaikan mereka saat membantu siswa. Tiada guna sebuah pencitraan, karena mereka lebih banyak bekerja di belakang layar.
Kadang kala panggungnya guru honorer sering direbut oleh guru PNS maupun pejabat. Tapi karena kemuliaannya, mereka tetap berbesar hati merangkak bersama kenyataan.
Harapan yang tulus kepada pemerintah. Tinggalkanlah kenangan yang indah untuk para guru honorer, jangan sekadar hiburan. Jika itu hanya hiburan, anak-anak bangsa yang tiap hari datang ke sekolah lebih menghibur daripada kebijakan yang semu.