Jangan pula seenaknya "mencomot" dan take snapshot status orang tanpa tahu keakuratannya. Tanya dulu dari mana sumber berita tersebut.
Jika nanti pengakuannya adalah hanya sekadar share berita orang atau tanpa sumber yang jelas, maka jangan pula kita turut sebarkan berita tersebut sebelum ada bukti sahih.
Makanya berkali-kali penting bagi kita untuk menyertakan referensi serta nama situs dalam menyebarkan berita. Bukan semata-mata merepotkan, hanya saja kita menghindari dosa dengan menyebar berita hoaks.
Sakitnya, kita yang menyebar berita gosong tanpa tahu kebenarannya malah jadi amukan massa bahkan terpidana. Padahal, bukan kita yang membuat berita. Kita juga tak tahu apa-apa dengan situasi nyata yang terjadi. Tapi apa daya, karena sudah tersebar kita harus bertanggung jawab.
Tak usah malu jika harus membuat pernyataan "Maaf tadi snap/foto/video yang saya sebar tentang demo adalah palsu" di snap medsos kita. terang saja, itu akan membuat para pembaca snap nyaman, dan mereka yang bijak tak akan mem-bully kita.
Lagi-lagi, kita tak bisa mengacungkan 10 jari untuk semata-mata menyalahkan para netizen. Mereka mungkin punya niat baik, yaitu sekadar memberikan update terkini keadaan dalam negeri.
Sebagian yang lain juga sekadar berkeluh agar kisruh ini segera tamat. Bahkan semuanya ingin agar para DPR yang "tidur-tiduran" bisa segera lembur dan begadang.
Hanya saja, niat baik harus di iringi dengan cara yang baik dan dengan kebijakan diri yang bijaksana.
Jujur saja, kita takut dengan banyaknya berita-berita gosong ini. Bukan tidak mungkin pemerintah akan mengecap rakyat dan para pendemo "sudah kelewatan dan tak bisa menyampaikan aspirasi dengan cara damai".
Padahal jelas-jelas aksi mereka damai, dan yang merusaknya adalah penyusup yang menunggang nama mereka.
Dan meskipun pemerintah juga sejatinya harus lebih bijak dari netizen, tetap saja jangan halangi hidayah Tuhan dengan menabur berita gosong di sana-sini.