Lihat saja mesin printer. Printer dengan kualitas pujian sehebat apapun jika dipaksa nge-print piagam 1 Rim sekaligus, maka catrigde-nya akan "sakratul maut" juga. Jikapun mampu, maka beberapa kali printer akan angin-anginan, merajuk, bahkan sering mengirim notifikasi "minta tolong" di layar PC kita.
Apalagi kita yang punya kadar hati, pikiran, dan perasaan naik turun. Jika itu soal mood, mungkin masih bisa dipaksa karena sudah deadline-nya. Tapi kalau sudah soal kualitas/kuantitas kerja, tetap tidak bisa melulu dibandingkan antara orang yang kerja cermat 1 bulan penuh dengan orang yang kerja cermat dengan 1 hari dalam ketetapan penyelesaian tugas 1 bulan.
Dengan selalu memacu diri di ujung garis finish, tentu hasilnya tak akan memuaskan. Darinya akan muncul beberapa kesalahan akibat dari sikap "buru-buru" dan meremehkan kerjaan. Akhirnya, kita malah menjadi lemah karena pujian, memakan pujian, dan terlalu baper dengan cerita-cerita orang tentang kebaikan kita.
Orang Lain Membesar-besarkan Kekurangan Kita
Hebatnya, kekurangan-kekurangan tersebut berhiaskan celaan, hinaan, dan fitnah. Lagi-lagi kita tidak tahu apakah mereka sengaja membesar-besarkan kekurangan kita, atau mereka memang sedari awal tidak senang dengan kita, atau malah mereka akan senang melihat kita jatuh.
Kita tidak bisa lupa dengan perumpamaan sebuah kesalahan yang mudah sekali menutup mata dan pikiran seseorang. Ibarat ada satu kertas putih bersih, namun ada satu kesalahan berupa titik hitam atau lubang hitam ditengah kertas tersebut. Sontak saja, semua mata akan tertuju pada titik atau lubang tadi.
Pikiran mereka yang menyempit seakan telah lupa dengan 99% kebaikan yang terpampang oleh putihnya kertas. Begitu pula dengan perbuatan kita. 99% kebaikan yang pernah kita lakukan kepada orang-orang akan sirna dengan 1% kesalahan. Memang tidak semua, tetapi kebanyakan orang-orang seperti itu.
Lantas, pikiran kita jangan pula sama sempitnya dengan orang-orang yang meluaskan kekurangan kita. Jika demikian adanya, berarti kita sudah terlemahkan. Padahal lagi-lagi kita tahu bahwa tidak semua yang orang-orang itu ceritakan adalah benar. Kita juga tahu itu adalah fitnah yang nyata.
Jika kita baper berlebihan dan termakan oleh sempitnya pikiran mereka, kita agaknya akan mulai kehilangan kontrol diri. Bahkan akan ada tamu lain yang datang dengan merusak gembok pintu hati kita. Apa itu? Ya. Pesimis.
Ini alamat bahaya. Jika sudah datang pesimis, akan datang pula rasa malas, jenuh, suntuk, gundah, galau, bahkan hilang motivasi. Pekerjaan dan tugas yang selama ini kita yakin bisa bernilai "Wow" bagi orang-orang malah berkuah ketidak-yakinan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!