Bercerita menjadi salah satu kegemaran semua orang. Meskipun sebagian dari mereka mengakui dirinya sebagai introvert, tetap saja mereka akan berbagi cerita jika bertemu dengan teman, sahabat, tetangga, maupun keluarga.
Cerita juga menjadi salah satu andalan dalam belajar, hingga guru-guru di sekolah selalu menyelipkan metode bercerita saat mengajar. Kadang cerita sejarah, cerita pengalaman, cerita lucu, cerita duka, bahkan cerita ngawur pun ada.
Meskipun demikian adanya, tak semua orang senang mendengar cerita. Ada orang yang hanya senang mendengar cerita yang baik-baik hingga memuji dirinya. Ada pula orang yang senang mendengar cerita sedih, galau, sendu, hingga dapat menjatuhkan air mata.
Dan hebatnya, ada pula orang yang senang mendengar cerita tentang umpatan dan hinaan terhadap orang lain. Meskipun cerita itu seringkali tidak berdasar, tapi mereka yang "senang ngawur" tadi dengan sesukanya menabur biji-biji fitnah di lahan semai.
Orang Lain Melebih-lebihkan Kebaikan Kita
Beruntunglah jika kita dikenal sebagai sosok yang baik oleh orang lain. Hingganya, kita akan mendapat pujian di sana-sini. Baik itu pujian yang keras, pujian yang pelan, bahkan pujian yang tak terdengar. Jangan lupa dengan pujian berupa gerakan jempol, senyuman, dan main mata, karena itu bentuk apresiasi juga.
Siapa sih yang tidak suka dipuji? Walaupun banyak dari kita yang menolaknya secara halus, atau bahkan berusaha mereka yang memuji tadi dapat segera "ganti tema".
"Ah, kalian bisa saja. Itu perasaan kalian saja!"
"Ehh, kamu ini gombal melulu!"
"Haha, hoaxs ceritamu itu! Masih banyak kekuranganku!"
"(Memukuli pipi sendiri), Plakkk... Ah, nyamuk ini nakal sekali!"
Mau bagaimanapun cara menghindari cerita dengan tema pujian terhadap diri kita, tetap saja hati ini masih senyam-senyum tak berhenti. Mungkin bisa kita tahan mulut ini untuk tetap tertutup dan tidak tersenyum, tetapi urat nadi dan gigi ini takkan berhenti menggelitik lidah untuk segera bilang "iya donk". Huhuhu.
Walau demikian, cerita-cerita orang berupa pujian yang sampai di telinga kita jangan terlalu disikapi berlebihan. Jangan pula karenanya kita menjadi lemah dan cepat puas, serta membangga-banggakan diri.
Karena di saat kita bangga dengan diri sendiri, akan ada tamu nakal berdatangan. Siapa dia? "Malas dan Tunda". Dua tamu ini akan berbisik kepada kita agar meremehkan segala sesuatu yang biasanya kita kerjakan dengan giat, tepat waktu, teliti, bahkan tanpa tanda jasa.
"Nanti sajalah menyudahinya, deadline kerjaan kan masih 3 hari lagi! Semua juga tahu kamu bisa menyelesaikannya dengan kedipan mata!"
"Sudahlah, tak perlu rapi-rapi amat buat laporannya. Kamu kan sudah the best dan the best gitu, nanti juga langsung di acc!"
Karena manusia itu mudah sekali berubah sikap dan mood, maka akan ada masa-masa di mana mereka akan "apes", teledor, bahkan ceroboh. Bukannya mau meragukan kemampuan diri si penerima pujian, hanya saja memacu diri di ujung deadline tidak selalu berakhir dengan indah.