Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ngeluh saat Menganggur, tapi "Angin-anginan" saat Bekerja

14 September 2019   21:43 Diperbarui: 16 September 2019   17:55 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Instansi mau lihat progress kerjanya dahulu, lalu menilai sejauh mana kecintaannya dalam pekerjaan itu. Jika progress-nya baik, barulah instansi akan menimbang kelayakan sarjana untuk naik "gengsi".

Jika Sesuai Keinginan: Cintai. Jika Tak Sesuai: Jadikan Batu Loncatan
Sarjana yang menganggur memang banyak, tapi tidak sedikit juga di antara mereka yang mau kerja "apa saja". Ya, daripada harus terus menanggung beban julukan "sarjana pengangguran!" Setidaknya, mereka bisa sedikit menjahit kembali senyuman yang selama ini terkoyak.

Jadi, tidak perlu terlalu heran jika kita bertemu sarjana yang bekerja di luar gelar, bahkan rela melepas gelarnya. Ada yang bergelar S.H, tapi bekerja sebagai kontraktor pabrik. Adapula mereka yang memilih untuk berniaga di pasar tradisonal, bahkan berkebun.

Ada yang bergelar S.Pd, tapi bekerja di kantor pajak atau dealer motor. Padahal seharusnya mereka para sarjana pendidikan itu mengajar di sekolah. Dan seharusnya mereka yang bergelar sarjana hukum bekerja sebagai hakim, notaris, atau staff kementerian.

Mengapa memilih bekerja di luar gelarnya? Bisa karena pertimbangan gaji, dan bisa jadi karena tidak ada lowongan kerja lain. Lama-kelamaan, dari sinilah muncul sikap "angin-anginan" dalam bekerja.

Sudah lepas dari gelar pengangguran, malah lengket dengan gelar "angin-anginan" saat sudah kerja. Di awal-awal masa kerja, mereka masih begitu rajin. Entah mau membentuk citra yang baik, atau sekadar pencitraan, tetapi yang tampak adalah kesungguhan dan semangat kerja. Tentu saja pimpinan akan menaruh hati.

Namun ketika sudah lama bekerja, mulailah "masuk angin". Entah karena kebanyakan keluar malam atau kurang jamu, mereka mulai terkesan malas dalam bekerja. Yang awalnya masuk tepat waktu jadi sering telat. Awalnya rajin, mulai sering menunda-nunda kerja. Awalnya pulang tepat waktu, mulai sering curi-curi kesempatan pulang lebih awal.

Mirisnya, ini terjadi bukan hanya kepada mereka yang bekerja tidak sesuai dengan bidangnya, melainkan juga pekerja profesional. Jika seperti ini, sebenarnya bisa saja kita teriak:

"Kalo tidak mau kerja seperti ini, kenapa kemarin ngelamar di sini!"
"Kemarin saat belum naik jabatan kerjanya rajin, tapi sekarang mentang-mentang sudah punya gengsi, kerjanya malas-malas. Kalau tahu akan seperti ini, kemarin tak usah naik jabatan saja!"

Jika memang pekerjaan itu tidak sesuai dengan gelar dan bidang kita, janganlah kita semena-mena. Tetaplah kita bekerja dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Boleh jadi pekerjaan itu hanyalah batu pijakan kita untuk bisa melompat lebih jauh di masa depan.

Kita tidak tahu bagaimana rahasia Tuhan. Logika-nya, jika kita tetap bekerja dengan sepenuh hati meskipun sejatinya bukanlah cita-cita kita, orang lain akan terkesan, orang lain akan menaruh kepercayaan. Nah, dari sanalah peluang kerja lebih baik akan muncul.

Karena orang lain melihat kita rajin, ikhlas, semangat, dan sungguh-sungguh dalam bekerja, rezeki akan senantiasa bertamu dari sisi yang tak terduga. Bisa saja nanti orang-orang yang terkesan dengan kita menawarkan pekerjaan yang lebih baik, bahkan dengan jabatan dan gengsi yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun