Mahasiswa KKN juga seperti itu, jangan malah mereka yang terkesan "dimanfaakan" membersihkan lingkungan desa. Mereka tentu harus menggerakkan, membakar semangat warga, dan ikut serta berpartisipasi terhadap pemberantasan sampah.
Saya yakin dan percaya jika kita melihat lingkungan ini bersih tertata tanpa terlihat ada satupun sampah, kita akan berpikir dua kali untuk membuang sampah sembarangan. Rasa-rasanya kita seperti disorot oleh cctv. Rasanya kita seperti diamati oleh pohon-pohon dan rerumputan. Rasa ini membuat malu bertumbuh.
Beda hal jika lingkungan yang kita lihat ada sampah. Biarpun sampah itu hanya beberapa helai saja, selama sampah itu terlihat, selama itu pula muncul niat kita untuk "ikut-ikutan" menebar sampah. Pikiran negatif mulai bermunculan: "ahh, nanti juga ada petugas kebersihan", "ahh, sekedar bungkus permen, tidak mungkin sampai banjir!" dan lain-lain.
Ending-nya, untuk peduli sampah masing-masing dari kita perlu kepekaan dan melembutkan hati. Hal ini tentu berproses dan setiap prosesnya butuh pembiasaan diri. Percuma saja kita teriak-teriak memarahi seseorang agar mau buang sampah pada tempatnya, jika mereka hatinya keras dan tak menerima.
Sikap terbaik adalah mulai dari kita sendiri. Menunjukkan kepada orang lain adalah dengan keteladanan. Dengan cara ini, orang tidak akan marah dan tersinggung. Sungguh, keteladanan adalah sindiran terbaik untuk melembutkan hati orang lain.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H