Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Nature

Peduli Sampah: Haruskah Masyarakat Ikut Upacara Bendera?

28 Agustus 2019   21:53 Diperbarui: 28 Agustus 2019   22:00 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Upacara Bendera hari senin. @smpn1rejanglebong

Pertama, bagaimana masyarakat akan membuang sampah dengan benar jika tempatnya tidak ada? Jelas saja, mereka akan menumpukkannya ditempat yang "strategis". Bisa dipinggir sungai, pinggir jalan, sudut pasar, bahkan di siring jalan. 

Kedua, bagaimana sampah tidak berserakan jika tak ada yang mengangkutnya? Bagi sebagian daerah yang minim bak sampah, mereka biasanya meletakkan sampah hingga berkarung-karung didepan rumah. Setiap hari, truk pengangkut sampah akan mengambilnya. Tapi, sebagian yang lain? Kadang truk tidak lewat, kadang pula sudah penuh, tidak mau mengulang lagi, dan kadang pula sebagian warga meletakkan karungan sampah di tempat yang kasat mata.

Ketiga, kepekaan hati. Ini problema utama, ini masalah iman, dan ini masalah adab. Lagi-lagi soal hati, yang sejatinya butuh pembiasaan-pembiasaan. Kepekaan hati terhadap peduli sampah tidak dimiliki oleh semua orang. Walau mereka sejak kecil mendengar pekikan guru yang memberikan amanat kebersihan, jika hatinya menolak tetap saja ia tidak "ngeh".

Sekali-kali mungkin kita maklum dengan diri ini. Mungkin sampah yang kita lihat itu menjijikkan hingga kita berpikir panjang untuk membuangnya. Tapi, jika itu bungkus permen, bungkus mie, hingga puntung rokok? Rasanya bagi beberapa orang yang peduli sampah, ketika ia makan permen dan saat itu tidak ada kotak sampah, ia tahan mengantongi bungkus permen hingga sampai ke kotak sampah, malahan sampai ke rumah masih terbawa. Inilah hakikat diciptakannya hati. Hati senantiasa membisikkan kebaikan. Makin kita peka, baik baik diri ini dan makin lembut hati. Makin kita tidak peka, maka makin buruk diri ini karena makin kerasnya hati.

Sekolah: Membiasakan Siswa Peduli Sampah Sejak Dini
"Jangan buang sampah sembarangan, nanti banjir!"
Kalimat ini tampaknya sungguh sepele bukan? Bahkan mungkin banyak dari kita yang bosan bahkan muak mendengar kata-kata ini. Bosan dan muak karena kita sudah terlalu sering mendengarnya. Terang saja, sesekali mungkin kita pernah berpikir: "apa iya sampah kecil seperti bungkus coklat bisa menyebabkan banjir? Tak mungkinlah!". Lagi-lagi, sampah tidaklah sesederhana itu.

Dari Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMA kita selalu mendengarkan amanat pembina Upacara Bendera hari senin. Saat itu kita berdiri rapi menghadap sang Merah Putih. Biarpun hujan, biarpun panas, biarpun mendung amanat upacara akan tetap disampaikan.

Amanat upacara yang disampaikan oleh guru maupun kepala sekolah cukup "nendang". Mulai dari koreksi jalannya upacara, teguran kebersihan, hingga harapan mereka di masa depan. Yang menjadikannya "nendang" adalah moment sebelum dan sesudah hari itu. Sebelum upacara, piket akan digiatkan, sampah akan disingkirkan dari pandangan, dan kotak sampah akan dikosongkan.

Begitupun dengan moment sesudah upacara. Walaupun kadang berasa "terpaksa" menjalankan amanat pembina upacara, para siswa bahkan guru akan kembali membersihkan lingkungan sekolah dan menjaukan sampah dari hadapan mereka. Padahal kalimat yang disampaikan pembina upacara bisa jadi "sepele", sindiran ringan, bahkan "hanya lewat" alias pengantar saja.

Jika siswa bisa menjalankan amanat pembina upacara, bagaimana dengan masyarakat? Haruskah mereka menghadiri upacara bendera dan mendengarkan amanat pembina upacara?

Hehe, rasanya tidak perlu sampai seperti itu. Tapi menurut saya sekali dua kali, masyarakat perlu mengikuti upacara bendera dan mendengarkan amanat kebersihan. Waktunya? Bisa saat mengantarkan siswa diawal tahun ajaran baru dan bisa juga saat upacara hari-hari nasional di desa. Hhmm, lagi-lagi persoalan kepedulian terhadap sampah membutuhkan kepekaan hati.

Peduli sampah juga butuh peran Dinas lingkungan hidup dan mahasiswa-mahasiswa yang sedang KKN. Tugas mereka bukanlah sekedar sosialisasi saja, melainkan menggerakkan warga dan masyarakat untuk kembali bergotong royong.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun