Terang saja, hiburan kami satu-satunya dicabut paksa! Eh, kan banyak sinetron, FTV, atau serial laga? Jujur saja, makin lama makin alay, lebay, dan tak mengedepankan mutu! Siapa yang mau terus-terusan nonton gosip, isu, dan kehidupan pribadi artis? Huhh, kadang hanya menambah dosa saja.
Walau masih banyak keluh, tapi setidaknya hiburan kami waktu itu masih ada. Yaitu event pertandingan Timnas. Walaupun hanya kelas ujicoba, AFF, dan Sea Games. Timnas tetap kami tunggu.
Beberapa kerabat yang dekat kota juga sudah mulai memasang saluran TV Kabel dan parabola berbayar. Kami kok tidak? Apalah daya kami, penghasilan yang sebatas cukup dan saluran kabel telepon yang belum ada.
Sesekali, jika ada event Timnas atau pertandingan besar lainnya, kami berkumpul dan menginap dirumah tetangga dan kerabat. Hanya untuk bersama duduk ceria dan berteriak soal bola. Kadang jam 2 dini hari kami masih teriak. Beruntungnya tuan rumah menanggapi dengan "masa bodoh". Wajar, karena mereka juga suka bola. Hehe
Dan, apa kabar sekarang? Sungguh tragis! Kami sama sekali tidak bisa menonton Timnas negeri sendiri. Kami ditinggalkan oleh beberapa televisi swasta yang upgrade diri menjadi premier.
Tepatnya pada ajang piala AFF U18 yang sedang berlangsung beberapa waktu lalu. Siapa yang tidak ingat dengan rombongan Bagas Bagus, Sutan Zico, hingga Rendy Juliansyah. Permainan mereka sangat memukau, hingga membuat kita jatuh cinta.
Laga pertama dan kedua, saya tidak sempat nonton walau streaming. Tapi laga ketiga kemarin, tepatnya melawan Laos, saya ingin menonton dan segera mencari linknya melalui laptop. Beberapa kali saya cari-cari, akhirnya ketemu. Dan benar saja, jika mau nonton harus buat akun kemudian "bayar" dulu!
Sungguh menyakitkan dan kesal saya waktu itu. Pikir saja, kuota saja sudah mahal, ditambah lagi harus bayar untuk streaming. Pilihannya mau 1 hari, 7 hari, 1 bulan, bahkan 1 tahun, dengan nominal yang cukup mahal. Mahal donk, tentu saja. Namanya bayar, meski 1.000 rupiah tentu mahal. Apalagi untuk nonton Timnas negeri sendiri.
Hebatnya pula, kolom komentar pada siaran streaming tersebut diprivasikan. Coba saja jika tidak, maka sungguh dan yakin akan terlihat komentar celaan dan maki-maki dari netizen. Sungguh, hal seperti ini "memaksa" kekacauan warga "sepak bola" tanah air.
Di antara beribu kesah ini, kami punya harapan. Sebagai bangsa yang cinta dengan tanah air, tidak mungkin kami mendoakan agar Timnas kalah, Timnas hancur, Timnas terpecah. Doa kami murni dan jelas untuk kemajuan dan kesuksesan Timnas dalam berlaga.
Dan jika boleh, kami ingin menyelipkan harapan, mudahkan jalan kami untuk melihat para pejuang negeri ini. Dan hiburlah kami di kala senggang.