Tepat hari minggu 11 Agustus 2019, umat muslim seluruh dunia akan merayakan hari Raya Idul Adha. Ya, hari besar bertajuk kurban dan berselipkan maaf. Keluh kesah dan ketersinggungan yang mulai bertunas dan bertumbuh setelah Idul Fitri kemarin semoga diharapkan dapat terhapus kembali dengan berjuang menggapai nikmat Dzulhijjah ini.
Snap, iklan, hingga pesan siaran akan ramai di malam dan esok pagi menjelang Idul Adha. Terang saja, tidak semua orang bisa mudik dan mengunjungi kerabat-kerabat mereka dihari libur yang singkat ini. Upps, bahkan bagi pekerja dan pegawai, hari raya Idul Adha bukanlah hari libur karena di kalender akademik pendidikan tidak merah. Hehe
Idul Adha: Membersihkan Harta
Hakikat utama Idul Adha adalah kurban, maka dari itu sebagian orang menyebutnya sebagai Hari Raya Kurban. Tidaklah mengapa, karena sungguh Kurban itu adalah perihal baik dan menjadi Sunnah Muakkad bagi yang melaksanakannya. Jadi jika kita mempunyai kemampuan dan harta yang berlebih, sudah sepantasnya kita berkurban.
Kurban untuk orang kaya saja ya? Tidak. Ini pemahaman yang salah besar! Sejatinya kemampuan berkurban tidak diukur dari segi banyaknya nominal uang. Buktinya, pedagang asongan bisa kurban. Petani sayuran bisa kurban. Pengamen jalanan bisa kurban. Bahkan, anak sekolahan bisa kurban. Apakah mereka semua orang kaya? Upps. Sudah barang tentu tidak. Dengan demikian, berkurban tidaklah melulu menunggu kaya.
Seperti yang kita ketahui bersama, Allah memerintahkan umatnya berkurban lewat firman-Nya dalam Surah Al-Kautsar ayat 2: "Maka kerjakanlah sholat, dan berkurbanlah!". Karena kata kurban disandingkan dengan sholat, maka tujuannya adalah taqwa dan mendekatkan diri kepada sang Pencipta.
Dalam hidup, kita tidak melulu tahu bahwa harta yang kita dapatkan itu halal. Beberapa kali bisa saja kita khilaf. Mungkin pernah mencuri ayam tetangga, mengambil buah mangga tetangga tanpa izin, hingga membelanjakan uang yang belum jelas keharaman atau kehalalannya (Syubhat).Â
Semua itu pun akan mempengaruhi nikmat, rezeki, dan kehidupan kita. Maka dari itulah kita perlu berkurban, sebagai bentuk pembersihan harta dan juga persembahan syukur yang terbaik untuk Allah SWT.
Idul Adha: Membersihkan Diri
Beribu khilaf dan ketersinggungan yang kita buat sejatinya dapat gugur dengan meminta maaf kepada orang lain. termasuklah seperti dendam dan celaan. Karena setiap kita punya nafsu, maka mustahil kita tidak punya salah. Hakikat diri juga bukan hanya segi fisik saja melainkan juga spiritual/rohani. Jika berkemampuan, kita bisa menempanya dengan berhaji ke Tanah Suci.Â
Jika belum ada kesempatan, maka kita bisa menempa diri dengan berkurban. Dan jika belum ada kesempatan tahun ini, maka kita bisa menempa diri ini untuk senantiasa memaafkan sesama, menjalin silaturahmi dengan sesama, serta meningkatkan amal ibadah kita.
Infak dan sedekah juga menjadi opsi terbaik dalam membersihkan diri jika belum mampu berkurban tahun ini. Dengan seringnya kita bersedekah sesungguhnya kita sudah belajar untuk ihklas dan empati kepada orang lain. tentunya sikap itu jika sering dilakukan akan melembutkan hati. Makin lembut hati, maka main baik lah diri ini. Jika makin baik diri ini, makin baiklah akhlak, hingga memudahkan pencapain taqwa.
Idul Adha: Membersihkan Bumi
Bukan perihal harta dan diri saja yang harus kita bersihkan, melainkan juga bumi ini. Kita diciptakan selain untuk memelihara hubungan dengan Pencipta dan manusia, juga harus memelihara hubungan dengan lingkungan. Alias berbudi pekerti/akhlak kepada lingkungan. Terang saja, kita tinggal dan numpang dibumi Allah. Kita numpang dirumah orang sehari saja sudah malu-malu jika "merepotkan" si tuan rumah.
Makanya ketika menumpang dirumah orang, kita begitu hati-hati dalam bersikap dan berusaha untuk menjaga diri agar tidak merepotkan tuan rumah. Mulai dari cuci piring setelah makan, merapikan kamar setelah tidur, hingga turut membersihkan rumah ketika mau pamit. Dan ujungnya adalah meminta maaf kepada tuan rumah karena sudah merepotkan.
Begitupula seharusnya adab/akhlak kita kepada bumi. Kita harus senantiasa sadar diri, menumpang dibumi Allah. Maka dari itu kita perlu membersihkan bumi ini. Mulai dari jangan mengotori kebersihan bumi dengan sampah, jangan mencemar bumi dengan limbah pabrik, jangan pula mengotori bumi dengan darah kemaksiatan, hingga turut merawat bumi bersama-sama.
Sesekali kita harus sadar bahwa berbagai bencana dan kerusakan bumi ini adalah karena sikap kita yang keluar batas. Bayangkan saja, kita sudah menumpang dirumah orang lain, tapi kita bersikap seenaknya, sesukanya, dan merusak pula. Bagaimana mungkin tuan rumah tidak marah dan kesal? Pastilah kita akan diusir dari rumah itu karena tidak tahu caranya berterima kasih.
Begitupula dengan Tuhan, tentulah sesekali murka. Tapi, Tuhan tetap sayang dengan kita yang menumpang. Tuhan selalu memberikan rezeki tiada tara meski seringkali kita ingkar dan tak tahu cara berterima kasih.
Disinilah perlunya kita untuk merenung. Jadikanlah moment Idul Adha ini untuk membersihkan harta, diri, dan ikut serta menjaga bumi. Lagi-lagi kita perlu untuk memupuk dan mengembangbiakkan kelembutan hati. Makin lembut hati, diharapkan setiap kita makin baper dengan kerusakan. Makin baper dengan kesusahan orang lain. dan makin baper dengan kesalahan diri sendiri.
Tapi perlu diingat, bapernya bukan hanya sekedar lintas perasaan saja, melainkan perlu adanya tindakan dan iringan perbuatan.
Salam. Selamat  hari raya Idul Adha
Curup, 10 Agustus 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H