Mohon tunggu...
Ozy V. Alandika
Ozy V. Alandika Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger

Seorang Guru. Ingin menebar kebaikan kepada seluruh alam. Singgah ke: Gurupenyemangat.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Hutang Membuat Dunia Mengaturmu!

30 Juli 2019   19:56 Diperbarui: 30 Juli 2019   19:59 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Pixabay

Sejak kecil, kita tentu mempunyai cita-cita tinggi untuk bisa menjadi orang terpandang, sejahtera, serta di akui. Dengan mendapat predikat terpandang dan di akui, kita seakan bisa mengatur dunia ini sesuai dengan keinginan kita. Terang saja, tekanan-tekanan dunia itu sungguh tidak enak dan menyakitkan. Jika ada opsi terbaik, maka kita akan memilih untuk pergi meninggalkan tekanan dunia.

Kita tentu mau hidup bahagia di dunia. Kita bekerja mati-matian dan menghasilkan banyak uang, tujuannya adalah untuk kesejahteraan diri dan keluarga. Dan juga jangan lupa dengan posisi "terbaik" dalam jabatan, pasti di inginkan banyak orang. Kenapa? Tentu saja karena tidak mau melulu di atur orang lain.

Kadang, banyak orang  ingin bekerja secara lepas dengan visi mereka masing-masing, tapi apa daya jika visi itu berlawanan dengan "bos". Maka dari itu tidak jarang banyak diantara pekerja terikat memilih untuk memutuskan kontrak kerja dan membuka usaha sendiri.

Seperti itu pula dengan hutang nampaknya sangat manis di awal. Tapi ketahuilah hutang sungguh menyakitkan di ujung bulan atau di awal bulan. Dan itu selama bertahun-tahun. Jika mulai berhutang, rasanya beban hidup makin banyak, dan dunia seakan bukan milik kita lagi. Jadi, berpikirlah dengan matang sebelum berhutang.

Berikut beberapa sebab hutang dapat membuat kita di atur dunia:

Tertekan di akhir atau awal bulan

Mau tidak mau, seseorang yang telah berhutang akan menghadapi tekanan yang berat. Terang saja, jalannya dunia tidak selalu seperti yang kita rencanakan. Terlebih lagi jika kita sedang butuh banyak sekali pengeluaran, dan saat itu pula penagih "hutang" datang kepada kita. satu dua kali mungkin masih bisa kita atasi dengan meminta perpanjangan waktu tagihan atau dengan mencicilnya.

Jujur saja, jika sudah mulai menunda bayar hutang, beban seseorang makin berat di hari berikutnya. Belum lagi jika ada bunga dan denda yang membuat kepala ini makin sakit memikirnya. Lagi-lagi, berpikirlah dua kali untuk berhutang.

Harus Memotong Anggaran Belanja Rumah Tangga

Ini agaknya menyakitkan. Terang saja, makin hari pengeluaran makin bertambah. Harga bahan pokok kadang naik sampai berkali-kali lipat. Belum lagi jika kita punya anak, dan anak itu mulai sekolah. Tentu keperluannya akan bertambah seiring semester dan naik kelas. Belum lagi ada hal-hal tak terduga seperti sakit, pecah ban, atau hal lainnya. Dan di saat itu kita berhutang pula!

Rasanya kita semakin dimakan oleh dunia. Jika sudah seperti itu, sabar harus dijadikan penopang utama kita dalam hidup. Semua harus dipikirkan dengan hati yang dingin serta pikiran yang  tenang. Solusinya adalah memotong dikit demi sedikit anggaran rumah tangga yang termasuk dalam kategori Sekunder dan Tersier. Misalnya, jika selama ini sering Shopping dengan keluarga dua kali dalam seminggu, maka di kurangi menjadi sekali dalam seminggu. Mau tidak mau, dari pada kita harus menunggak hutang dan makin menekan diri kita!

Tidak semangat bekerja

Ini adalah fenomena yang berkembang di sekitar kita. Secara tidak langsung, berhutang menyebabkan seseorang mulai cepat lelah dan malas dalam bekerja. Alasannya jelas, penghasilan berkurang di saat kebutuhan meningkat. Dan yang menyakitkannya adalah besaran hutang baru akan selesai 5-10 tahun lagi.

Mirisnya, beberapa orang terkesan "tidak profesional" menghadapinya. Kadang mereka lesu, mudah marah, sensitif, emosional, dan tidak jarang terjadi konflik internal berkepanjangan dengan rekan kerja. Bukan semata-mata ingin menyalahkan, tapi lagi-lagi kita dituntut untuk cerdas berhutang. Berhutang juga harus profesional, bukan malah dijadikan alasan untuk lemah dalam menatapi hidup.

Berhutang butuh pertimbangan matang. Mulai dari pertimbangan "mendesaknya" kebutuhan, jumlah hutang, waktu, besaran bunga dan angsuran,  hingga mampu atau tidak kita membayar hutang tersebut.

Agaknya kita lebih menutup diri dengan tawaran-tawaran menggiurkan dari hutang, karena tidak jarang lembaga penyedia hutang bersifat memudahkan. Uppss, itu hanya manis di awal saja! 200-300 juta terasa begitu menggiurkan jika kita bayangkan. Apalagi dengan bunga rendah dan angsuran yang minim. Lagi-lagi jangan langsung tergoda karena berhutang bukanlah solusi yang bijak.

Tapi, dari sekian lembaga hutang yang beredar baik online maupun ofline, ada salah satu solusi bijak jika memang kita sudah dalam kategori "wajib" untuk berhutang. Solusinya adalah berhutang dengan kerabat/sahabat yang baik. Kelebihannya adalah tidak ada bunga, waktu pembayaran relatif, dan yang paling penting adalah tidak terlalu tertekan.

Hanya saja, sifat amanah, tanggung jawab, dan tepat janji harus di junjung tinggi di sini. Jangan gara-gara sahabat, sanak,  atau kerabat dekat, bisa dimanfaatkan seenaknya. Lagi-lagi harus bijak.

Kenyataannya, berhutang bukanlah pilihan yang bagus dalam memulai usaha atau mencukupi kebutuhan  hidup. Jika berpikir panjang, lebih baik kita berinvestasi sedikit demi sedikit dan menahan nafsu boros kita dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menahan diri agak tidak boros rasanya lebih mudah dari pada harus menahan "surat panggilan pembayaran angsuran".

Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun