Mohon tunggu...
Tanty Agustianty H
Tanty Agustianty H Mohon Tunggu... Guru - Guru

Selaras kening di tanah, kepingan doa menembus penguasa langit dan bumi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tsunami

24 Desember 2018   07:56 Diperbarui: 24 Desember 2018   16:21 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Adalah kehendak

Kapan air dimuntahkan

Batas yang terlampaui

Rahasia Jalan pulang

wahai samudra apatah lagi

Kembali

Menghempas semua jalinan

Bukan hannya kehilangan

Gulungan ombak porak porandakan

Rasa, jiwa, air mata


Senyuman hilang

Kacaukan jarum jam yang berputaran

Terhenti seketika hati terplintir

Tatapan kosong dari mata kehilangan

Menggigil tubuh jalani takdir


Ketika angka dalam almanak berguguran

Banyak menenggelamkan keangkuhan

dan kedunguan

Barulah pantainya menyebrangkan 

kesadaran panjang

Aku memunguti sisa pasir nestapa

Saat buih yang menjilat nyanwa


Beriringan takziah 

Wahai.... Allah ampunilah

Maafkanlah

Rahmatilah

Semua berpulang padaMu jua

Kelukaan,  kelam dan muram kusandarkan

Hanya padaMu penggenggam kehedak


Hapuskan air mata

Yang tertumpah dengan kasihMu


Cimahi,  24 Desember 2018




 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun