"Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem"
Tahun 2024 telah berlalu, tetapi Perayaan dan Ibadah Natal masih tetap berlangsung di minggu pertama tahun 2025. Artinya, suasana Natal masih hangat dalam suasana Tahun Baru.Â
Demikianlah salah satu tradisi Perayaan Natal di wilayah Tana Toraja yang dilaksanakan oleh Kerukunan Keluarga Palesan wilayah Makale-Rantepao dan sekitarnya. Perayaan Natal dilaksanakan tanggal 4 Januari 2024 bertempat di Gereja Toraja Jemaat Sion Makale.Â
Palesan adalah salah satu nama kampung ya g ada di Kecamatan Rembon. Topografi wilayahnya berupa pegunungan dengan tebing curam. Pada bulan April 2024 yang lalu, kampung Palesan adalah salah satu lokasi yang mengalami bencana tanah longsor.Â
Tema Natal yang mengajak warga Nasrani dan Katolik untuk kembali ke memiliki makna mendalam, baik untuk lingkup keluarga Palesan, Tana Toraja, maupun lingkup nasional. Dalam arti sederhana, Betlehem adalah rumah roti. Artinya, di sana ada kehidupan dengan tersedianya makanan.Â
Terkait dengan Natal sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, maka Betlehem membawa pesan pengampunan, perdamaian, sukacita dan damai sejahtera. Betlehem ditandai sebagai kampung kecil sumber sukacita dan damai sejahtera yang membawa orang Majus dan para gembala sebagai saksinya.
Yesus lahir di kampung kecil Betlehem dalam suasana yang sangat sederhana. Di balik kesederhanaan itu, Yesus membawa pengampunan dan perdamaian untuk umat manusia.Â
Mari kita belajar pada Betlehem yang kecil. Di sana ada cinta dan damai.
Tantangannya, sudah adakah Betlehem di dalam diri kita? Sudahkah kita berdamai dengan diri sendiri? Untuk bisa berdamai dengan orang lain, maka wajib berdamai dengan pribadi terlebih dulu.
Lalu, sudah adakah makna Betlehem dalam kehidupan  bernegara kita? Inilah tantangan kita di Indonesia, terutama dalam memasuki masa pemerintahan baru.Â
Ketika ada cinta kasih dan damai di Betlehem, maka seyogyanya kita tak mudah goyah oleh gesekan kecil dalam kehidupan bermasyarakat. Betlehem membawa pesan agar kita bisa berdamai dengan lingkungan.
Betlehem erat pula kaitannya dengan tujuan nasional negara kita, yakni Indonesia Emas tahun 2045. Untuk tiba di sana, kita wajib mewujudkan cinta dan damai. Bagaimana caranya? Mari memulainya dengan sebuah pengampunan.
Tensi dan konstelasi politik nasional hingga ke tingkat daerah telah berakhir. Saatnya memulai untuk saling berdamai dan memaafkan. Tinggalkan jejak panas persaingan di pileg, pilpres dan pilkada.
Sehingga, dalam perjumpaan dengan siapapun di tahun 2025 dan seterusnya, hendaknya damai sejahtera itu ada pada setiap pribadi kita.
Tata hati, pikiran dan hidup kita agar Betlehem bisa tinggal dan menjadi bagian hidup kita. Betlehem adalah tentang perdamaian dengan Tuhan, berdamai dengan diri sendiri, hidup harmonis dengan orang lain dan lingkungan. Betlehem mengajarkan tentang perlunya membaharui kehidupan kita.
Berbicara tentang kepemimpinan masa kini, kita diberi dua pilihan. Terdapat dua model kepemimpinan, yakni model penaklukan dari Raja Daud dan model penebusan dari Yesus Kristus. Inilah tantangan yang akan mewakili kehadiran Betlehem dalam kehidupan sehari-hari.Â
Karakter menaklukkan dan menjatuhkan teman sendiri, tetangga sendiri atau bahkan saudara sendiri demi tujuan pribadi tidak sesuai dengan pesan damai Betlehem.Â
Sekali lagi, ajakan marilah kembali ke Betlehem sebenarnya adalah panggilan untuk memulai kehidupan yang terbarukan dalam suasana damai. Kesederhanaan Betlehem adalah gambaran penghargaan dan penerapan kembali kearifan lokal masing-masing yang penuh damai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H