Ketika ada cinta kasih dan damai di Betlehem, maka seyogyanya kita tak mudah goyah oleh gesekan kecil dalam kehidupan bermasyarakat. Betlehem membawa pesan agar kita bisa berdamai dengan lingkungan.
Betlehem erat pula kaitannya dengan tujuan nasional negara kita, yakni Indonesia Emas tahun 2045. Untuk tiba di sana, kita wajib mewujudkan cinta dan damai. Bagaimana caranya? Mari memulainya dengan sebuah pengampunan.
Tensi dan konstelasi politik nasional hingga ke tingkat daerah telah berakhir. Saatnya memulai untuk saling berdamai dan memaafkan. Tinggalkan jejak panas persaingan di pileg, pilpres dan pilkada.
Sehingga, dalam perjumpaan dengan siapapun di tahun 2025 dan seterusnya, hendaknya damai sejahtera itu ada pada setiap pribadi kita.
Tata hati, pikiran dan hidup kita agar Betlehem bisa tinggal dan menjadi bagian hidup kita. Betlehem adalah tentang perdamaian dengan Tuhan, berdamai dengan diri sendiri, hidup harmonis dengan orang lain dan lingkungan. Betlehem mengajarkan tentang perlunya membaharui kehidupan kita.
Berbicara tentang kepemimpinan masa kini, kita diberi dua pilihan. Terdapat dua model kepemimpinan, yakni model penaklukan dari Raja Daud dan model penebusan dari Yesus Kristus. Inilah tantangan yang akan mewakili kehadiran Betlehem dalam kehidupan sehari-hari.Â
Karakter menaklukkan dan menjatuhkan teman sendiri, tetangga sendiri atau bahkan saudara sendiri demi tujuan pribadi tidak sesuai dengan pesan damai Betlehem.Â
Sekali lagi, ajakan marilah kembali ke Betlehem sebenarnya adalah panggilan untuk memulai kehidupan yang terbarukan dalam suasana damai. Kesederhanaan Betlehem adalah gambaran penghargaan dan penerapan kembali kearifan lokal masing-masing yang penuh damai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H