Pukul 21:30, antrian kendaraan belum banyak bergerak. Sementara hujan berulang kali turun. Banyak sopir dan penumpang mulai turun dari kendaraan. Mereka mencari makanan dan toilet.Â
Tak berapa lama kemudian, beberapa pemuda, warga lokal dengan membawa kardus terbuka membagikan pop mie siram kepada warga yang terjebak macet. Mereka juga membawa air mineral dalam kemasan gelas.
Mereka turut memberikan satu cup pop mie pada saya. Ketika saya hendak bayar, mereka dengan senang hati mengatakan gratis.Â
Wah, sebuah pengalaman berharga di tengah macet panjang. Terima kasih pemuda-pemuda Kota Pangkep yang baik hati.Â
Biasanya di tengah kemacetan, harga makanan melonjak tinggi dan banyak peminta sumbangan. Kali ini, justru saya mendapati aksi pemuda yang patut dicontoh. Mereka berbagi kepada ratusan warga yang terjebak macet.
Sekitar 100 meter sebelum area alun-alun Kota Pangkep, tampak beberapa rumah warga terendam banjir. Ketinggian mencapai dada orang dewasa.
Saya pun menyimpulkan bahwa kemacetan panjang terjadi bukan semata karena pasangannya air laut. Intensitas curah hujan yang tinggi mengakibatkan air sungai meluap dan mendorong air meluber ke segala penjuru.
Dan perkiraan saya benar. Semua ruas jalan di sekitar alun-alun telah terendam air akibat luapan sungai Pangkajene.Â
Antrian panjang lebih dari 5 jam diakibatkan oleh luapan air sungai Pangkajene yang meluap menutupi area jalan trans Sulawesi di sekitar alun-alun kota hingga ke pusat pertokoan, kuliner, pasar dan terminal.