Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Slow Living dan Penerapan Gaya Hidup Eco Friendly

20 Desember 2024   07:30 Diperbarui: 20 Desember 2024   19:18 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kawasan Sangbangsan dan Yongmeori dengan konsep eco friendly di Pulau Jeju. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Slow living adalah cara hidup yang lebih santai dan membuat nyaman dalam menjalani kehidupan. Konsep hidup yang tak perlu membuat seseorang terburu-buru apalagi instan mengejar target pekerjaan. 

Kondisi demikian tentunya akan membuat bahagia jiwa karena tubuh merespon sisi ketenangan. Tambahan pula, tak ada tuntutan kerja yang harus on time. 

Wilayah atau kota yang cocok untuk menjalani slow living adalah yang menerapkan konsep gaya hidup eco friendly. Bagaimanapun juga, slow living idealnya akrab dengan lingkungan dan berdampingan harmonis dengan alam. 

Berbicara praktik baik slow living ini, saya sangat terkesan dengan suasana di Sanbangsan dan dan Yongmeori, Seogwipo, Pulau Jeju, Korea Selatan. 

Kota kecil yang tepatnya disebut desa di pesisir tenggara Pulau Jeju ini sangat ramah lingkungan. Hamparan luas lahan pertanian sayuran dan jeruk Jeju berpadu harmonis dengan bangunan dan fasilitas pendukung mobilitas warga. 

Saladponic ala rumahan bisa dinikmati dalam mode slow living. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 
Saladponic ala rumahan bisa dinikmati dalam mode slow living. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 

Sumber makanan dari hasil pertanian dan laut yang masih fresh adalah impian menjalani slow living. Bertani di sekitar rumah, halaman, pekarangan, sistem hidroponik, dll. Hidup minim penggunaan teknologi, proses berjalan manual dengan hasil alamiah. 

Misalnya, untuk menikmati sayuran sangat segar versi saladponic bisa dinikmati dari hasil tanam rumah sendiri. Lahan tanam memanfaatkan barang bekas, pupuk kompos buatan sendiri dan tanpa zat kimia. 

Teknologi modern ada, tetapi tak mengganggu apalagi merusak kenyamanan lingkungan di sekitarnya. Pemanfaatan teknologi seperlunya saja. 

Konsep rumah minimalis dengan space lapang. Ventilasi rumah ditata sedemikian rupa sehingga cukup pencahayaan dan hemat energi. 

Jalur pejalan kaki tersedia di mana-mana. Warga menikmati aktifitas dari satu tempat ke tempat lain dengan jalan kaki. Kendaraan umum yang tersedia hanya bus dan beberapa taksi, dimanfaatkan hanya untuk perjalanan jauh dan lintas kota. 

Di Indonesia sendiri, banyak daerah yang bisa menjadi tujuan slow living. Area Pulau Jawa memiliki banyak tempat dengan konsep hidup ala Suku Baduy bisa dicontoh. 

Idealnya, slow living tak lepas dari pola hidup yang bisa berkontribusi untuk sustainable development goals (SDGS). Warga hidup nyaman dan santai, lingkungan sekitar menerima manfaatnya. 

Tak ada budaya buang sampah sembarangan. Artinya manajemen pengolahan sampah benar-benar berdampak untuk kelestarian lingkungan. 

Makan secukupnya dan tak berlebihan. Makanan sederhana tapi bergizi dan segar dari alam. 

Sayuran hijau dari lingkungan sekitar rumah dihasilkan dari tanaman yang bebas zat kimia. Demikian pun dengan sumber buah-buahannya. 

Kalaupun berbicara slow living di saat masih kerja, opsi work from home bisa jadi alternatif. Hidup santai di depan laptop dari emper rumah sambil menuntaskan pekerjaan. 

Jadi, tak perlu terburu-buru kejar bus, taksi atau nyetir sendiri menembus kemacetan mengejar target pekerjaan. 

Slow living tak membutuhkan target konsumsi uang yang berlebihan. Aktifitas fisik dominan, alam terlindungi dan sumber makanan dari lingkungan sekitar. 

Setiap momen hidup, bermakna bagi penikmat slow living. Aktifitas berproses dengan maksimal dan makin bermanfaat ketika ditunjang gaya hidup yang eco friendly.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun