Jawaban mereka sekali lagi adalah memang tak biasa sarapan.Â
Di sela-sela proses membuat bread pudding, saya mengajak setiap siswa untuk mulai membiasakan sarapan. Dengan bahasa Inggris sederhana sebagai pengantar, saya sampaikan ke mereka bahwa sarapan itu sangat penting untuk tubuh.Â
Sarapan adalah energi pertama untuk memulai aktifitas. Bayangkan kalau satu malam tubuh tak menerima asupan energi lalu perut kosong masuk hari baru.
Beberapa siswa pun seperti masih baru terhadap roti tawar. Padahal, jenis roti ini sangat banyak di Martro, Lotte Mart dan pusat perbelanjaan sejenisnya. Mereka minta izin untuk memakannya dan juga bertanya apakah roti tawar itu biasa dijadikan sarapan siswa di Indonesia?Â
Jawaban saya, iya. Siswa Indonesia rata-rata sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Khususnya siswa di kota. Khusus siswa Indonesia di kampung sarapan mereka bisa berupa nasi.Â
Siswa Korea Selatan sangat senang mendengar bahwa siswa Indonesia terbiasa sarapan. Wah, ternyata informasi sarapan lewat pembelajaran di kelas mampu membuka wawasan baru bagi siswa di Negeri Ginseng. Ini adalah perpaduan budaya sarapan yang positif dari Indonesia dengan siswa Korea.
Memang, sarapan tak boleh disepelekan. Sarapan adalah energi penting untuk beraktifitas. Jika perut kosong, penyakit maag dan lainnya akan mengintai. Perut kosong membuat tubuh lemas dan rasa kantuk menyerang di kelas. Pikiran pun susah fokus belajar karena lapar.
Demikian kesimpulan saya dengan para siswa dalam kelompok kecil mereka. Pada akhirnya mereka bisa mencicipi roti tawar, rasa margarine dan tentu saja menikmati hasil karya mereka, yakni bread pudding microwave sederhana. Kue tersebut saya sarankan sebagai salah satu alternatif sarapan instant di pagi hari karena bisa dimasak selama 3 menit dengan mucrowave dan 20 menit jika menggunakan mode oven.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H