Pernahkah Anda lupa melakukan sarapan? Atau apakah memang tak melakukan sarapan sama sekali?Â
Sarapan sering kali dianggap aktifitas sepele. Sehingga, banyak yang lupa sarapan. Padahal, sarapan itu sangat penting loh sebelum memulai aktifitas.
Mengapa sarapan itu penting dan tak boleh dianggap sepele? Berikut ini saya berbagi pengalaman terkait sarapan di kalangan siswa.
Saya teringat kembali dengan pengalaman mengajar di Kota Jeju, Korea Selatan. Setiap pagi, saya mendapati siswa, ada yang terlihat keletihan, kurang semangat, mengantuk dan terkesan loyo. Memang wajar mereka letih. Setiap malam masih bergelut dengan tugas-tugas sekolah hingga larut malam.Â
Lalu, tibalah waktunya ketika saya masuk di mata pelajaran Home Mechanics & Technology. Topiknya adalah cooking class.Â
Sebenarnya, sekolah meminta saya untuk mengajarkan satu makanan tradisional dari Indonesia. Oleh karena tidak adanya bahan baku yang saya bawa dari Indonesia, maka saya mencoba mencari menu makanan yang bahan bakunya ada di sana, mudah dibuat siswa, dan waktu masaknya singkat.
Setelah melalui pertimbangan matang, tibalah saya pada judul makanan berupa kue, yakni bread pudding microwave. Bahan bakunya cuma roti tawar, susu cair, margarine dan potongan coklat. Sementara peralatannya adalah muffin, sendok dan microwave.
Sebelum memulai kegiatan membuat kue, terlebih dulu dijelaskan dengan kepada siswa manfaat sepotong roti. Wah, ternyata ketika menyinggung sarapan dengan roti, sebagian besar siswa tidak sarapan  setiap pagi.
Dari 15 kelas yang mengikuti cooking class, bisa saya simpulkan bahwa sekitar 75% siswa tidak sarapan setiap pagi. Beragam alasan dibalik kelalaian sarapan tersebut, di antaranya, tidak terbiasa sarapan, terlambat bangun, buru-buru ke sekolah.
Beranjak dari pernyataan mereka, saya mendorong mereka untuk mulai membiasakan sarapan. Minimal minum segelas air hangat setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah. Jika memungkinkan, minum segelas susu, segelas jus buah, mengunyah buah atau sepotong roti sebelum ke sekolah.
Jawaban mereka sekali lagi adalah memang tak biasa sarapan.Â
Di sela-sela proses membuat bread pudding, saya mengajak setiap siswa untuk mulai membiasakan sarapan. Dengan bahasa Inggris sederhana sebagai pengantar, saya sampaikan ke mereka bahwa sarapan itu sangat penting untuk tubuh.Â
Sarapan adalah energi pertama untuk memulai aktifitas. Bayangkan kalau satu malam tubuh tak menerima asupan energi lalu perut kosong masuk hari baru.
Beberapa siswa pun seperti masih baru terhadap roti tawar. Padahal, jenis roti ini sangat banyak di Martro, Lotte Mart dan pusat perbelanjaan sejenisnya. Mereka minta izin untuk memakannya dan juga bertanya apakah roti tawar itu biasa dijadikan sarapan siswa di Indonesia?Â
Jawaban saya, iya. Siswa Indonesia rata-rata sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Khususnya siswa di kota. Khusus siswa Indonesia di kampung sarapan mereka bisa berupa nasi.Â
Siswa Korea Selatan sangat senang mendengar bahwa siswa Indonesia terbiasa sarapan. Wah, ternyata informasi sarapan lewat pembelajaran di kelas mampu membuka wawasan baru bagi siswa di Negeri Ginseng. Ini adalah perpaduan budaya sarapan yang positif dari Indonesia dengan siswa Korea.
Memang, sarapan tak boleh disepelekan. Sarapan adalah energi penting untuk beraktifitas. Jika perut kosong, penyakit maag dan lainnya akan mengintai. Perut kosong membuat tubuh lemas dan rasa kantuk menyerang di kelas. Pikiran pun susah fokus belajar karena lapar.
Demikian kesimpulan saya dengan para siswa dalam kelompok kecil mereka. Pada akhirnya mereka bisa mencicipi roti tawar, rasa margarine dan tentu saja menikmati hasil karya mereka, yakni bread pudding microwave sederhana. Kue tersebut saya sarankan sebagai salah satu alternatif sarapan instant di pagi hari karena bisa dimasak selama 3 menit dengan mucrowave dan 20 menit jika menggunakan mode oven.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H