Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Metode Parkir Warga Pulau Jeju yang Baik bagi Semua

18 November 2024   08:37 Diperbarui: 19 November 2024   08:24 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi parkir mobil di rumah makan di sekitar Gwakji Beach. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Memiliki sebuah kendaraan, khususnya roda empat dan sejenisnya adalah hak asasi setiap orang. Mobil pada hakekatnya dimiliki untuk membantu mobilitas dalam pekerjaan dan aktifitas keluarga lainnya. Tetapi, tidak menutup kemungkinan, sesekali orang membeli kendaraan dengan tujuan koleksi dan prestise.

Membeli mobil tidak serta-merta dibeli begitu saja, dibawa ke rumah, diparkir dan selesai. Sebaiknya, sebelum membeli mobil, penting untuk menyiapkan lahan parkir, minimal garasi mobil sendiri. 

Kalaupun tak punya garasi, boleh komunikasi dengan tetangga terdekat untuk memanfaatkan garasi kosong atau lahan kosong yang bisa dijadikan tempat parkir.

Hanya saja, kadang-kadang, ada saja warga yang membeli kendaraan tetapi abai akan ketersediaan lahan parkirnya. Akibatnya, bisa bercabang dua. 

Dampak pertama, mengganggu mobilitas orang lain karena parkir sembarangan di depan pintu pagar tetangga dan bahu jalan untuk pejalan kaki. Dampak kedua, bisa memicu cekcok antar sesama tetangga.

Parkir sembarangan memang masih menjadi masalah kompleks yang harus dicari solusinya di Indonesia. Di pasar, tempat-tempat publik dan di kawasan perumahan yang padat penduduk, pemandangan parkir sembarangan seolah menjadi hal biasa. Memang, ada juga petugas parkir liar yang mengaturnya, tetapi bagaimanapun juga lokasinya bukan untuk lahan parkir umum. 

Melihat metode parkir di Indonesia yang masih cenderung semrawut, kesadaran dari pemilik kendaraan menjadi hal penting yang wajib dimiliki. Sifat ego dan cuek terhadap situasi lingkungan harus ditinggalkan. 

Lokasi parkir mobil di rumah makan di sekitar Gwakji Beach. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Lokasi parkir mobil di rumah makan di sekitar Gwakji Beach. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Nah, berbicara tentang parkir kendaraan, saya sangat terkesima dengan metode parkir yang diterapkan oleh warga Pulau Jeju. Saya telah berhasil mengelilingi Pulau Jeju dan pemandangan akan parkir kendaraan ada di mana-mana. 

Pola pemukiman di Pulau Jeju bagian utara dan barat laut berupa kawasan apartemen atau istilah rumah susun di Indonesia. Di wilayah bagian timur, selatan dan barat daya, perumahan cenderung tidak bertingkat karena mempertimbangkan tiupan badai setiap tahun.

Oleh karena kawasan pemukiman juga padat sementara pemilik mobil juga banyak, maka tentunya harus ada metode agar parkir kendaraan tidak sembarangan dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain.

Parkir mobil di salah satu lorong perumahan kota Jeju mengikuti tanda yang tersedia. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 
Parkir mobil di salah satu lorong perumahan kota Jeju mengikuti tanda yang tersedia. (Sumber: Dokumentasi Pribadi) 

Khusus kawasan apartemen, semua menyiapkan lahan parkir bawah tanah. Selain itu, pengelola menyiapkan lahan tambahan di sekitar area gedung yang telah ditandai dengan kotak-kotak segi empat.

Untuk parkir umum, metode yang diterapkan warga sederhana saja. Setiap area terbuka di sekitar perumahan yang tidak terkait langsung dengan jalan poros, dibuatkan tanda kotak segi empat. Ini adalah tanda untuk parkir. Di beberapa tempat, bahkan diberi nomor. Selain tanda kota segi empat, juga tanda kotak miring. 

Di bagian lain, yang tidak memiliki area kosong dan hanya meninggalkan bahu jalan, metode yang sama diberlakukan. Ada tanda garis segi empat sebagai lokasi parkir. Jika mobil secara tak sengaja berpapasan saat akan parkir, salah satunya akan mengalah dan mengatur posisi agar kendaraan lain bisa lewat. Ya, sangat profesional.

Metode ini ada di seluruh bagian kota Pulau Jeju. Di kantor, sekolah, stadion, pusat olahraga, pasar, pusat perbelanjaan, objek wisata, dll, tempat parkir kendaraan hanya pada tempat yang telah memiliki tanda khusus. 

Bagaimana jika tak ada lokasi terdekat untuk memarkir? Pengendara wajib berkeliling mencari lahan parkir. Resiko jalan kaki dari lahan parkir ke tempat tujuan sudah menjadi hal biasa bagi warga Pulau Jeju.

Pengalaman penting melihat dampak dari metode parkir ini adalah ketika saya mengikuti Jeju Mandarine International Marathon, Minggu (17/11/2024). Puluhan ribu peserta lari yang berasal dari warga lokal Korea dan mancanegara tak menimbulkan kemacetan sama sekali. 

Semua pengendara mobil memarkir kendaraan mereka pada tempat-tempat yang ada tanda khusus parkir mobil. Jalur masuk dan keluar kendaraan juga memiliki tanda panah yang memandu. Jadi, tak ada parkir semrawut. 

Konsep yang sama saya alami waktu mengunjungi Dongmun Traditional Market. Parkir kendaraan atau berhenti sejenak, tak boleh di sembarang tempat. Harus pada tempat yang memiliki tanda khusus.

Oleh karena area parkir bawah tanah dan area parkir umum sudah penuh, maka sopir yang mengantar berkeliling di beberapa lokasi parkir hingga mendapatkan satu slot parkir mobil di area parkir bawah tanah Dongmun Underground Market. Kami pun harus berjalan kaki hampir satu kilometer untuk tiba di pasar tradisional Dongmun.

Artinya, memang kebiasaan memarkir itu terbawa dari karakter dan disiplin mematuhi aturan serta didukung oleh kepedulian akan kenyamanan orang lain. Salah memarkir kendaraan di Kota Jeju, bisa berakibat mengganggu mobilitas dan ketepatan waktu orang lain dalam bekerja. 

Disiplin memarkir kendaraan sesuai aturan memberikan kebaikan untuk semua. Konsep ini juga membuat minimnya percekcokan antara sesama pemilik kendaraan, termasuk dengan pengguna jalan umum lainnya.

Tepat waktu tiba di tempat kerja adalah satu hal mutlak yang berlaku bagi warga Korea Selatan. Sehingga, ada kaitannya dengan parkir kendaraan.

Di Pulau Jeju tak ada petugas parkir liar. Sebenarnya ini praktik baik. Parkir liar berbayar boleh jadi menjadi cikal bakal lahirnya parkir sembarangan.

Patuh pada tanda parkir dan peduli kebutuhan orang lain, perlu dicontoh demi kebaikan bagi semua. Mengapa tidak mulai membiasakan diri untuk tertib parkir. Batasi mengoleksi kendaraan jika memang tak punya garasi dan tempat parkir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun