Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Pelajaran Berharga Tentang Dampak Perubahan Iklim di Jeju Island Geo Park

17 November 2024   10:16 Diperbarui: 18 November 2024   06:01 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Climate Change dan Sea Level Rising adalah dua fenomena yang kini tengah mendapat perhatian serius dari pemerintah Korea Selatan, khususnya di Pulau Jeju. Dalam beberapa tahun ke depan, ancaman dari makin masifnya es mencair di kutub utara akan membuat banyak daratan tenggelam karena naiknya ketinggian air laut. 

Usai menuntaskan perjalanan saya menjelajahi Sanbangsan Mountain, saya melanjutkan perjalanan hiking di kawasan Yongmeori Hiking Trail. Jalur trekking pejalan kaki ini meliputi Jeju Island Geo Park. 

Total jarak yang dihabiskan untuk menjelajahi kawasan tersebut bisa mencapai 8 km. Melalui perjalanan hiking, saya mendapatkan banyak informasi terkait Pulau Jeju. Setiap tempat di kawasan ini memiliki sumber informasi. 

Yongmeori Coast adalah saksi bisu sejarah terbentuknya Pulau Jeju jutaan tahun silam. Ada dua versi terbentuknya Pulau Jeju, yakni versi dongeng dan versi sejarah geografis. 

Saya memilih terlebih dulu dari sejarah geografis. Pulau Jeju terbentuk dari letusan gunung berapi jutaan tahun lalu. Yongmeori Coast adalah jejak tertua peristiwa vulkanis itu. 

Untuk melengkapi informasi, saya berkunjung ke Climate Change Exhibition Hall. Lokasinya tepat di depan pantai Yongmeori. 

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Saya diterima oleh satu petugas di kantor tersebut. Kami berbincang dan saling memperkenalkan diri. Ia pun dengan senang hati mengajak saya berdiskusi tentang perubahan iklim dan naiknya ketinggian air laut. 

Pengetahuan saya akan dampak buruk climate change kemudian terlihat jelas dari penjelasan tenntang Yongmeori Coast. Pantai karang dengan perbukitan vulkanis menyerupai naga ini kini secara perlahan mulai berkurang daratannnya. 

Kondisi tersebut terlihat sangat jelas di mana ada jalur pejalan kaki di pinggir pantai berupa jembatan yang kini sudah tak terlihat lagi. Jembatan legendaris yang menghubungkan dua titik bebatuan karang tersebut telah terendam air laut dalam beberapa tahun terakhir. Jembatan hanya terlihat di waktu tertentu saat air laut surut.

Pengelola Jeju Island Geo Park telah membangun jembatan pengganti di atasnya, tetapi kembali terendam oleh naiknya permukaan air laut. Dari penjelasan singkat tersebut, sangar jelas pengaruh dari perubahan iklim. 

Oleh karena kondisi cuaca sedang kurang baik saat saya berkunjung ke Yongmeori Coast, di mana angin sedikit kencang dan ombak juga tinggi, maka jalur hiking punggung naga ditutup. 

Padahal, dari bebatuan karang vulkanis, karst dan mini grand canyon yang menghadap ke Laut Cina Timur bisa memberikan informasi tambahan seputar pengaruh climate change di Yongmeori Coast. 

Melihat tayangan video singkat yang dipesentasikan oleh petugas Climate Change Exhibition Hall, keindahan Yongmeori Coast bisa hilang dalam beberapa tahun ke depan. Dampak besar naiknya permukaan air laut menjadi ancaman serius. 

Hingga Bandara Internasional Incheon pun tak luput dari ancaman resiko tenggelam oleh naiknya permukaan air laut ini. Pergerakan dan volume peningkatan permukaan air laut tersaji dengan ilmiah yang membuat siapapun yang menyimaknya akan terbangun rasa khawatirnya tentang perubahan iklim ini.

Sisa jembatan panjang di pinggir laut Yongmeori coast yang kini tenggelam oleh air laut. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Sisa jembatan panjang di pinggir laut Yongmeori coast yang kini tenggelam oleh air laut. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Bergeser sedikit ke kawasan pantai Yongmeori Coast di bagian timur ke arah kota Seogwipo, ada satu jembatan dengan ukuran ratusan meter yang kini tenggelam oleh naiknya permukaan air laut. 

Oleh karenanya, demi mendukung aksi menyelamatkan Pulau Jeju dari dampak climate change, penghijauan atau penanaman pohon banyak ditemui di Pulau Jeju. Pinggir jalan dihijaukan. Ruang terbuka hijau sangat banyak. Hutan pun dipelihara dengan sangat baik.

Tak kalah serius penanganannya adalah sampah. Pemerintah daerah khusus Jeju telah menggalakkan pemakaian barang-barang dari bahan daur ulang sampah. Mulai dari pakaian, tas, selimut, peralatan rumah tangga dll.

Sehingga, terjawab pula maksud dari kedisiplinan warga Pulau Jeju dalam hal manajemen sampah. Pemilahan jenis sampah di tempat pembuangan sampah sangat memudahkan untuk penanganan sampah selanjutnya. 

Pemakaian pupuk kimia secara otomatis sangat berkurang karena pupuk kompos tersedia dari hasil pengumpulan sampah sisa makanan dan sampah organik lainnya.

Saya salut dengan salah satu bintang sepakbola timnas Korea Selatan, Son Heung-min. Ia adalah duta climate change dan sea level rising. Kapten Tottenham Hotpurs ini aktif berkampanye tentang pemakaian barang hasil daur ulang dari sampah.

Son Heung-min dan kampanye pemakaian produk daur ulang. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Son Heung-min dan kampanye pemakaian produk daur ulang. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Contoh konkritnya adalah seragam Tottenham Hotpsurs yang terbuat dari bahan hasil daur ulang sampah. Praktik serupa sudah dijalankan oleh klub-klub olahraga dan produsen apparel kenamaan dunia.

Selain itu, penggunaan tas-tas model masa kini yang modus di Korea Selatan, kini mulai banyak yang terbuat dari sampah yang didaur ulang. 

Mengapa hal ini sangat intens dijalankan di Korea Selatan dan secara khusus di Pulau Jeju? Tujuannya satu, menyelamatkan bumi dari ancaman perubahan iklim.

Kami sepakat bahwa aksi nyata dan kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat adalah kunci dari intervensi positif terhadap perubahan iklim. Kurangi pembajakan liar, penebangan pohon, aktif penghijauan, tidak membuang sampah sembarangan, terutama di kawasan hutan, sungai dan laut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun