Secara pribadi, saya berharap bupati terpilih Tana Toraja busa belajar pada kebijakan pemerintah di Pulau Jeju, Korea Selatan. Pemerintah wajib mendisiplinkan warganya dalam melindungi setiap tanaman dan mengelola sampah.
Hutan dan isinya mendapatkan tempat yang istimewa di pulau ini. Bagi warga Pulau Jeju, hutan adalah sumber mata air, surga bagi tanaman, satwa dan burung. Sungai yang terpelihara dengan baik adalah penghubung kesejahteraan laut dengan kebutuhan manusia.Â
Sejauh ini, sekolah-sekolah di Tana Toraja telah memasang tulisan "Hutan adalah paru-paru dunia." Tetapi pada kenyataannya, lebih banyak lingkungan sekolah yang justru terlihat gersang minim pohon dan tanaman hijau.Â
Di samping itu, sebagai daerah yang berada di negara agraris, Pemda Tana Toraja seyogyanya mulai mengedukasi warga untuk bercocok tanam, menggarap lahan tidur dan menanaminya dengan ragam tanaman yang berpotensi mencukupi kebutuhan warga dan mendatangkan manfaat ekonomi.Â
Jika warga kembali disiplin menggarap lahan tidur dan menghindari pembukaan lahan baru lewat penebangan pohon, niscaya budaya konsumtif yang tergantung pada produk kabupaten lain dalam diri warga Tana Toraja secara perlahan akan berkurang.
Aktif bercocok tanam secara organik, minim zat kimia, herbisida dan pestisida adalah pekerjaan rumah besar bagi Pemda Tana Toraja selama bertahun-tahun.Â
Apakah calon kepala daerah tanpa program nyata akan kelestarian lingkungan memang tak pernah terlintas dalam pikirannya akan keselamatan bumi untuk generasi Tana Toraja mendatang?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H