Kebun-kebun jeruk khas Pulau Jeju ada di mana-mana dan selalu berdampingan pula dengan ladang sayuran. Saya menyebutnya ladang sayur karena memang terhampar luas seperti sawah.
Petak-petak lahan tanam sayuran dibatasi oleh pagar-pagar alami Pulau jeju yang terbuat dari bebatuan vulkanik yang disusun rapi.Â
Sayuran kubis, sawi putih cina, green onion, wortel, daun ganda dan aneka tanaman sayur lokal Korea lainnya menghijau di mana-mana.Â
Jika ada lahan yang sempat tidur setelah panen, tetap dibiarkan beberapa saat sebelum warga kembali menggarapnya dan menanaminya sesuai dengan jenis tanaman yang cocok pada musim berjalan.Â
Dalam hal pengerjaan lahan pertanian yang luas, kombinasi teknologi dan pekerjaan manual diterapkan. Untuk pembersihan dan penggemburan lahan, mesin digunakan. Selanjutnya, tenaga manual tangan akan berperan.Â
Beberapa kali saya menemukan lahan-lahan mini tempat bercocok tanam sayur warga di teras rumah, di sela-sela ruang terbuka apartemen dan hotel.
Menurut saya, para kepala daerah yang masih sementara menjabat dan juga para calon kepala daerah yang kini sedang melakukan kampanye dalam rangka pilkada 2024 di Indonesia, perlu belajar banyak kepada negara Korea Selatan.Â
Secara khusus di Pulau Jeju, bagaimana membuat harmonisasi antara kehausan prestise dan keuntungan dengan keberadaan lahan pertanian yang tetap hijau. Sehingga, isu lingkungan terkait pilkada hijau bisa terwujud dalam rentang 5 tahun kepemimpinan baru di daerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H