Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kombinasi Harmonis Hidup Modern dan Kecintaan Terhadap Pertanian di Pulau Jeju

25 Oktober 2024   14:22 Diperbarui: 26 Oktober 2024   06:33 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan kebun sayur dengan latar PLTB di Pulau Jeju. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Isu lingkungan saat ini tengah menjadi perbincangan hangat. Termasuk dalam penyelenggaraan pilkada di Indonesia. Namun, jauh sebelumnya, isu lingkungan telah menjadi pembicaraan utama di dunia. 

Bagaimanapun juga, lingkungan adalah objek yang paling rentan menerima dampak dari pertumbuhan pembangunan yang terus bergerak masif setiap hari. Bangunan untuk kebutuhan bisnis dan perumahan perlahan-lahan menggerus hutan, sawah dan lahan pertanian. 

Kerusakan lingkungan pada umumnya banyak terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Salah satunya Indonesia. 

Lalu, bagaimana dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan, dll? Apakah mereka doyan membangun dan mengorbankan lingkungan sekitar? 

Secara khusus, saya menyoroti bagaimana negara Korea Selatan benar-benar fokus pada isu lingkungan ini. Teknologi ramah lingkungan telah diterapkan di negeri Taeguk Warriors. Kendaraan dengan gas buangan yang berpotensi merusak kualitas udara telah digantikan dengan kendaraan listrik dan hybrid. 

Dalam kehidupan warga Korea sehari-hari, kombinasi harmonis hidup modern dengan kearifan lokal terjaga dan terlelihara dengan baik. Kondisi ini saya temukan langsung di Kota Jeju. 

Pulau Jeju, di bagian selatan Korea Selatan dikenal sebagai tujuan wisata dunia dengan suguhan konsep hidup modern dan premium yang tersaji langsung di seantero Kota Jeju. Tetapi, ada satu hal yang selalu menarik perhatian saya selama tinggal di kota ini.

Teknologi memang diterapkan di mana-mana. Jalan raya, sekolah, perumahan, pasar tradisional, pengawasan keamanan, hutan hingga pertanian. Nah, khusus di sektor pertanian ini, sedikitpun pemanfaatan teknologi modern tidak pernah mengorbankan lahan pertanian warga. Justru teknologi canggih seolah hidup harmonis dengan pola hidup tradisional warga setempat.

Memang terjadi pembangunan gedung bertingkat untuk bisnis hotel, apartemen dan tempat rekreasi di berbagai tempat. Tetapi sekali lagi, lahan-lahan pertanian tetap hijau di mana-mana.

Restoran mewah dan sejenisnya tersebar di mana-mana di Pulau Jeju. Namun, lahan pertanian sayuran tetap hijau di sekitarnya. Mungkin inilah yang membuat gaya hidup modern warga Jeju tetap sehat karena selalu mengonsumsi sayuran dan buah segar di sekitar mereka.

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kebun-kebun jeruk khas Pulau Jeju ada di mana-mana dan selalu berdampingan pula dengan ladang sayuran. Saya menyebutnya ladang sayur karena memang terhampar luas seperti sawah.

Petak-petak lahan tanam sayuran dibatasi oleh pagar-pagar alami Pulau jeju yang terbuat dari bebatuan vulkanik yang disusun rapi. 

Sayuran kubis, sawi putih cina, green onion, wortel, daun ganda dan aneka tanaman sayur lokal Korea lainnya menghijau di mana-mana. 

Jika ada lahan yang sempat tidur setelah panen, tetap dibiarkan beberapa saat sebelum warga kembali menggarapnya dan menanaminya sesuai dengan jenis tanaman yang cocok pada musim berjalan. 

Dalam hal pengerjaan lahan pertanian yang luas, kombinasi teknologi dan pekerjaan manual diterapkan. Untuk pembersihan dan penggemburan lahan, mesin digunakan. Selanjutnya, tenaga manual tangan akan berperan. 

Beberapa kali saya menemukan lahan-lahan mini tempat bercocok tanam sayur warga di teras rumah, di sela-sela ruang terbuka apartemen dan hotel.

Menurut saya, para kepala daerah yang masih sementara menjabat dan juga para calon kepala daerah yang kini sedang melakukan kampanye dalam rangka pilkada 2024 di Indonesia, perlu belajar banyak kepada negara Korea Selatan. 

Secara khusus di Pulau Jeju, bagaimana membuat harmonisasi antara kehausan prestise dan keuntungan dengan keberadaan lahan pertanian yang tetap hijau. Sehingga, isu lingkungan terkait pilkada hijau bisa terwujud dalam rentang 5 tahun kepemimpinan baru di daerah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun