Tanpa ada perintah dari wali kelas atau ketua kelas, siswa secara sadar dan disiplin mematikan lampu. Kondisi yang sama mereka terapkan ketika istirahat untuk tidur sejenak di masa pergantian jam pelajaran 10 menit.
Pada pelaksanaan jam pelajaran pun, siswa mengatur sendiri kapan semua lampu dinyalakan dan dipadamkan. Demikian pula dalam hal penyalaan AC dan kipas angin.
Siswa di sini ternyata lebih memilih kipas angin sebagai penyejuk ruangan, meskipun AC yang terpasang di setiap kelas tergolong besar sekelas AC hotel dan canggih serta dilengkapi dengan penyaring udara dan pembunuh virus.
Cara lain untuk menghemat energi listrik adalah siswa memanfaatkan sumber penerangan kelas dengan membuka tirai/gorden kelas.Â
Konsep ruang kelas memang dibuat minimalis dan dominan dinding kaca dorong. Ketika kaca dibuka, angin yang masuk ke kelas masih melewati penyaringan jaring-jaring baja tipis yang terpasang di bagian jendela paling luar.
Toilet siswa memanfaatkan lampu otomatis yang terhubung dengan sensor. Jadi, balon listrik menyala otomatis saat siswa masuk ke toilet dan padam otomatis saat siswa keluar.
Toilet siswa adalah toilet kering. Mereka memanfaatkan air untuk menyiram saja. Selebihnya penggunaan tissu kering dari bahan daur ulang dan ramah lingkungan mereka gunakan.Â
Jadi, tak ada penggunaan energi berlebih untuk mengalirkan air ke toilet.Â
Khusus untuk toilet siswa laki-laki, juga menggunakan sensor otomatis dan tombol. Usai buang air kecil, air akan mengalir sendiri. Tak ada bau pesing khas toilet. Keren!
Pola hemat air sangat mereka perhatikan. Setiap hari siswa membawa sendiri tumbler ke sekolah. Tempat pengisian air siap minum tersedia di beberapa titik yang tidak berjauhan.Â
Siswa bisa mengisi tumbler mereka atau langsung minum air dari kran. Dengan demikian produksi sampah dari bekas wadah botol air mineral sangat minim.Â