Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Tiga Fakta Menarik tentang Pulau Jeju, Korea Selatan

22 Oktober 2024   07:36 Diperbarui: 22 Oktober 2024   07:41 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kincir angin sebagai sumber energi listrik. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pulau Jeju, Korea Selatan memiliki tiga fakta menarik. Ketiga fakta ini terkait dengan tiga hal yang paling banyak ditemukan di Pulau Jeju. Apa sajakah itu? 

Batu

Bagi saya pribadi, Pulau Jeju dapat disebut sebagai pulau batu. Di mana-mana ada deretan, tumpukan dan patung batu.

Langkah kaki pertama di Pulau Jeju akan langsung disambut oleh bebatuan hitam berpori hasil dari peristiwa vulkanik. Patung besar bertopi dengan mata terbuka menyambut setiap orang yang menjejakkan kaki di Pulau yang menjadi destinasi wisata paling populer di Korea Selatan ini.

Ada istilah Dolhareubang yang dalam bahasa warga lokal Pulau Jeju berarti "kakek batu." Dolhareubang akan selalu dijumpai di berbagai tempat. Toko, kantor, sekolah, taman hingga kompleks perumahan. Dolhareubang adalah simbol Pulau Jeju.

Batu bukan hanya menguasai pegunungan tetapi juga pantai. Batu karang vulkanis mendominasi pantai tak berpasir. Di semua pinggiran pantai pun, dinding tinggi terbuat dari tumpukan bebatuan vulkanik seperti menjadi benteng bagi Pulau Jeju dari semua penjuru. 

Jika patung Jeju terkenal di mana-mana, maka ini adalah hasil dari melimpahnya bebatuan. 

Bebatuan vulkanik ini pula yang menjadi pagar rumah, kantor dan kebun. Jadi, penggunaan pagar besi sangat minim di sini. 

Cinderamata ikonik Pulau Jeju adalah replika patung-patung dari bebatuan vulkanik. Patung batu yang bisa dibawa pulang dan didudukkan di depan rumah memiliki harga bervariasi dari Krw 10.000 hingga Krw 50.000

Dari semua daerah di Korea Selatan, hanya Pulau Jeju yang memiliki karakteristik tersendiri dengan kekayaan batuan vulkanik ini. Batu pula ini yang menjadi salah satu daya tarik wisatawan domestik dan internasional mengunjungi provinsi dengan filosofi hidup damai tanpa pencurian, pengemis dan pagar terkunci. 

Sejarah terbentuknya Pulau Jeju tak bisa dipisahkan dari batu. Aktifitas vulkanik yang terjadi 1,8 juta tahun yang lalu dan terus-menerus terjadi dalam rentang 4.000-5.000 tahun telah  meninggalkan bebatuan vulkanik yang tersebar merata di seantero pulau.

Kawah vulkanis Baengnokdam seluas 3 kilometer di puncak Gunung Hallasan adalah fakta dari peristiwa kehadiran jutaan ton bebatuan hasil aktifitas vulkanis. Gunung Hallasan adalah gunung tertinggi di Korea Selatan dengan ketinggian 1.950 meter. Gunung yang berdiri kokoh dan menjadi pusat Pulau Jeju ini adalah bukti nyata pernah terjadinya aktifitas vulkanik yang memproduksi bebatuan khas Pulau Jeju. Terdapat sekitar 360 puncak kerucut gunung berapi yang menutupi seantero Pulau Jeju. 

Angin

Kincir angin sebagai sumber energi listrik. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Kincir angin sebagai sumber energi listrik. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Pulau Jeju berada dikelilingi oleh lautan, angin pun bebas bertiup dari mana saja. Angin adalah kekayaan lain dari pulau ini. 

Setiap hari angin berhembus. Kadang-kadang sangat kencang. Uniknya, angin Pulau Jeju sangat menyejukkan. 

Kesejukan angin ini pula yang senantiasa memanjakan langkah setiap orang yang menjelajahi Pulau Jeju. Musim panas sekalipun tetap meninggalkan kesejukan karena angin yang konsisten berhembus. Barangkali, salah satu pemicu setiap orang bisa membuat minimal 10 ribu langkah setiap hari karena dukungan hembusan angin yang menyejukkan. 

Bangunan di Pulau Jeju pun telah menyesuaikan dengan kehadiran angin sepanjang tahun. Angin kencang biasa bertiup pada sore hari hingga tengah malam.

Di bagian barat Pulau Jeju, daerah Sinchang terdapat kincir angin sebagai sumber tenaga listrik. Deretan kincir angin berdiri kokoh di lautan.

Uniknya, selama berada di Pulau Jeju, saya belum pernah mendapatkan adanya pohon yang tumbang karena kencangnya angin. Seperti yang diketahui pula bahwa pohon pinus sangat melimpah di Pulau Jeju, tetapi kencangnya angin setiap hari tak pernah mematahkan dahan apalagi sampai menumbangkan pohon-pohon pinus besar. Mungkin karena proses alam, pepohonan pun terbiasa dengan terpaan angin yang tiada henti.

Perempuan

Kegiatan field trip sekolah yang dodominasi oleh perempuan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Kegiatan field trip sekolah yang dodominasi oleh perempuan. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Penduduk Pulau Jeju didominasi oleh perempuan, tetapi jangan disalahartikan. Ini fakta yang sangat menarik. Tidak mengherankan, selama saya menjelajahi Pulau Jeju, perempuan memang yang paling banyak. 

Setiap malam, ribuan orang yang lalu-lalang di sekitar Jeju-si dan Nuwemaru Walking Street didominasi oleh perempuan.

Data tahun 2023 menunjukkan bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan di pulau bagian selatan Negeri Ginseng ini adalah 1:24.

Pada tahun-tahun sebelumnya pernah berada pada rasio 1:31.

Di sekolah-sekolah juga sangat terlihat jelas akan surplus kaum Hawa di Pulau Jeju. Misalnya terdapat 15 rombongan belajar, maka terdapat minimal 9 rombel berisi siswa perempuan. 

Oleh karena melimpahnya kaum Hawa, perempuan juga banyak terlibat dalam pembangunan konstruksi jalan, perumahan, pendidikan dan pertanian. Di mana ada pekerjaan jalan dan proyek, pasti ada ibu-ibu yang menjadi pengatur lalu lintas dan bahkan sebagai buruh kasar.

Perempuan pun akan sering dijumpai banyak beraktifitas di lautan mencari ikan dan bahkan menyelam ke dasar lautan. Peran tugas laki-laki diambil alih oleh mereka seiring menurunnya populasi laki-laki.

Pernah seorang guru senior di tempat saya mengajar berujar bahwa sangat sulit menemukan guru Bahasa Inggris pria. 

Petugas kebersihan di hotel, apartemen, hingga bagian perawatan taman-taman kota pun berasal dari ibu-ibu lansia.

Saat ini populasi laki-laki sedikit meningkat karena dipengaruhi oleh kehadiran para penduduk asing yang telah menetap di Pulau Jeju. Mereka paling banya datang Cina, Filipina, Vietnam dan Taiwan serta ketururan Cina-Korea.

Hingga saat ini, istilah dari warga lokal Pulau Jeju yang mengatakan, "Jeju Island is known for its abundant rocks,  wind and women'' atau Pulau Jeju dikenal dengan batu, angin dan wanita yang melimpah adalah benar.

Pada perjalanan school field trip akhir pekan lalu, saya pun mendapatkan kalimat ini untuk yang kesekian kalinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun