Data tahun 2023 menunjukkan bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan di pulau bagian selatan Negeri Ginseng ini adalah 1:24.
Pada tahun-tahun sebelumnya pernah berada pada rasio 1:31.
Di sekolah-sekolah juga sangat terlihat jelas akan surplus kaum Hawa di Pulau Jeju. Misalnya terdapat 15 rombongan belajar, maka terdapat minimal 9 rombel berisi siswa perempuan.Â
Oleh karena melimpahnya kaum Hawa, perempuan juga banyak terlibat dalam pembangunan konstruksi jalan, perumahan, pendidikan dan pertanian. Di mana ada pekerjaan jalan dan proyek, pasti ada ibu-ibu yang menjadi pengatur lalu lintas dan bahkan sebagai buruh kasar.
Perempuan pun akan sering dijumpai banyak beraktifitas di lautan mencari ikan dan bahkan menyelam ke dasar lautan. Peran tugas laki-laki diambil alih oleh mereka seiring menurunnya populasi laki-laki.
Pernah seorang guru senior di tempat saya mengajar berujar bahwa sangat sulit menemukan guru Bahasa Inggris pria.Â
Petugas kebersihan di hotel, apartemen, hingga bagian perawatan taman-taman kota pun berasal dari ibu-ibu lansia.
Saat ini populasi laki-laki sedikit meningkat karena dipengaruhi oleh kehadiran para penduduk asing yang telah menetap di Pulau Jeju. Mereka paling banya datang Cina, Filipina, Vietnam dan Taiwan serta ketururan Cina-Korea.
Hingga saat ini, istilah dari warga lokal Pulau Jeju yang mengatakan, "Jeju Island is known for its abundant rocks, Â wind and women'' atau Pulau Jeju dikenal dengan batu, angin dan wanita yang melimpah adalah benar.
Pada perjalanan school field trip akhir pekan lalu, saya pun mendapatkan kalimat ini untuk yang kesekian kalinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H