Model kedua bernama waffle. Modelnya menyerupai jalangkote. Tetapi isian dan rasanya masih sama dengan terang bulan, coklat dan kacang. Rasanya pun sama.
Harga seporsi dua kue tersebut adalah 3.000 Won atau sekitar Rp 33.900. Agak mahal juga ya untuk nilai ukuran Rupiah.Â
Kedua kue ini paling enak disantap hangat-hangat. Pas dengan kondisi dingin Kota Jeju yang saat ini dalam suasana musim gugur.Â
Kedua jenis kue inilah yang paling murah sejauh ini saya dapatkan di Kota Jeju.Â
Jajanan kaki lima lainnya yang terbuat dari terong, udang, gurita, cumi-cumi dan daging ayam, paling murah 6.000 Won.Â
Keistimewaan jajanan kaki lima di Kota Jeju adalah penjual sangat memperhatikan kebersihan dagangannya. Mulai dari meracik bahan baku hingga membungkus pesanan, ia konsisten menggunakan kaos tangan plastik.
Wadah pembungkus makanan yang panas bukan kantong plastik atau kertas makan. Tak akan ada pula stereoform. Kantong kue dari bahan baku kertas yang mereka pakai. Alasannya muda didaur ulang dan terurai.
Sementara di kios kaki lima yang menjual aneka gorengan, mereka menggunakan kantong makanan dari bahan aluminium foil. Sebelumnya, paket makanan dialas dengan tissu makan. Jadi, dijamin pembeli akan mendapatkan makanan yang garing.
Selain itu, semua jenis makanan yang terjual tak lepas dari konsep real food. Apapun bumbu dan bahan tambahan lainnya, rasa dan tekstur dari bahan baku utama tidak hilang. Misalnya, saya pernah membeli gurita goreng. Renyah kulit luarnya dari tepung dan juicy bagian dalamnya dari daging gurita.
Jadi, pedagang kaki lima di Kota Jeju juga bertanggung jawab atas kesehatan pembeli dan kelestarian lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H