Aneka kuliner ala kaki lima selalu menarik perhatian. Ke manapun kita pergi, entah cuma jalan-jalan, liburan atau tinggal sementara waktu di suatu tempat, jajanan kaki lima tak akan pernah luput dari salah satu daftar belanja. Variasi minuman lokal, kue hingga makanan senantiasa memberikan tantangan untuk dicicipi.
Jajanan kaki lima tidak hanya populer di Indonesia. Di Kota Jeju, Korea Selatan, terdapat juga jajanan kaki lima.Â
Selama kurang lebih 2 bukan berada di Pulau Jeju, saya telah menemukan 4 penjual makanan ala kaki lima. Tiga penjual berdagang di sekitar pusat kota, Jeju Si. Dua di antaranya menjajakan kulinernya menggunakan emper restoran. Satunya lagi berjualan khas Indonesia, menggunakan mobil bak terbuka mini.Â
Sementara satu gerak penjual kuliner kaki lima berikutnya di dekat Jejuseo Middle School. Tepatnya di perempatan menuju sekolah.Â
Semua penjual makanan kaki lima ini beroperasi sejak sore hingga menjelang tengah malam.Â
Dari keempat lokasi ini, ada satu yang paling menarik perhatian saya, yakni penjual yang menggunakan mobil bak terbuka.Â
Ia selalu mangkal di samping toko terbesar ole-ole khas Pulau Jeju, My Gift Jeju, di sekitar Sammu-ro. Pembeli selalu antri tiap malam.Â
Di atas bak terbuka dipasang atap portable dari terpal. Penjualnya meracik langsung adonan di depan pembeli, lalu memanggannya di atas cetakan.Â
Hanya ada dua jenis kue kaki lima yang ia jual setiap malam. Dari bahan bakunya pun sederhana. Persis seperti martabak manis atau terang bulan di Indonesia.Â
Dan memang rasanya tak jauh beda dengan terang bulan. Model pertama bernama kue Chrysantheum Bread. Dari namanya, model kuenya menyerupai bunga Chrysantheum. Perbedaan utamanya dengan terang bulan Indonesia adalah ukurannya kecil seukuran kue muffin. Isiannya coklat dicampur kacang yang ditumbuk kasar.Â
Model kedua bernama waffle. Modelnya menyerupai jalangkote. Tetapi isian dan rasanya masih sama dengan terang bulan, coklat dan kacang. Rasanya pun sama.
Harga seporsi dua kue tersebut adalah 3.000 Won atau sekitar Rp 33.900. Agak mahal juga ya untuk nilai ukuran Rupiah.Â
Kedua kue ini paling enak disantap hangat-hangat. Pas dengan kondisi dingin Kota Jeju yang saat ini dalam suasana musim gugur.Â
Kedua jenis kue inilah yang paling murah sejauh ini saya dapatkan di Kota Jeju.Â
Jajanan kaki lima lainnya yang terbuat dari terong, udang, gurita, cumi-cumi dan daging ayam, paling murah 6.000 Won.Â
Keistimewaan jajanan kaki lima di Kota Jeju adalah penjual sangat memperhatikan kebersihan dagangannya. Mulai dari meracik bahan baku hingga membungkus pesanan, ia konsisten menggunakan kaos tangan plastik.
Wadah pembungkus makanan yang panas bukan kantong plastik atau kertas makan. Tak akan ada pula stereoform. Kantong kue dari bahan baku kertas yang mereka pakai. Alasannya muda didaur ulang dan terurai.
Sementara di kios kaki lima yang menjual aneka gorengan, mereka menggunakan kantong makanan dari bahan aluminium foil. Sebelumnya, paket makanan dialas dengan tissu makan. Jadi, dijamin pembeli akan mendapatkan makanan yang garing.
Selain itu, semua jenis makanan yang terjual tak lepas dari konsep real food. Apapun bumbu dan bahan tambahan lainnya, rasa dan tekstur dari bahan baku utama tidak hilang. Misalnya, saya pernah membeli gurita goreng. Renyah kulit luarnya dari tepung dan juicy bagian dalamnya dari daging gurita.
Jadi, pedagang kaki lima di Kota Jeju juga bertanggung jawab atas kesehatan pembeli dan kelestarian lingkungan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI