Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Keunikan Guru di Kota Jeju, Korea Selatan, Bisa Ditiru!

16 Oktober 2024   05:44 Diperbarui: 16 Oktober 2024   19:08 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Mengajar di sekolah Korea Selatan tentunya memiliki perbedaan dengan kondisi di Indonesia. 

Kali ini saya membahas sedikit tentang beberapa keunikan yang telah menjadi kebiasaan guru Korea Selatan, secara khusus di Jejuseo Middle School, Kota Jeju dalam menjalankan tugasnya setiap hari. 

Disiplin

Guru sangat disiplin dalam menjalankan tugasnya. Mereka tepat waktu datang ke sekolah, tepat waktu masuk dan keluar kelas. 

Di ruang guru, mereka jarang sekali terlibat dalam pembicaraan umum seperti yang terjadi di Indonesia. Jangan harap ada teriakan bercanda dan tertawa terbahak-bahak di ruangan guru atau tempat lain.

Guru sangat disiplin memanfaatkan waktu. Jam istirahat mereka gunakan untuk mempersiapkan materi ajar untuk kelas berikutnya atau mengoreksi tugas siswa. 

Tak ada pembicaraan berupa materi politik, gosip, olahraga, dll. 

Mereka datang ke sekolah sebelum pukul 08:30 dan kembali nanti pada pukul 16:30. Selama waktu mengajar di sekolah, meskipun tak ada jam mengajar sekalipun, guru tidak diperkenankan keluar dari lokasi sekolah sebelum waktu pulang. 

Pintu gerbang sekolah selalu terbuka, tak ada pagar yang dikunci. Namun, kedisiplinan sepertinya telah menjadi budaya. Siswa pun demikian. Tak ada yang keluar lokasi sekolah sebelum bel pulang berbunyi.

Luar biasa! Jadi, waktu kosong di luar jam mengajar, guru-guru tetap datang ke sekolah setiap hari. Tak ada istilah tinggal di rumah, ikut kondangan, mengikuti acara keluarga atau liburan ketika ada hari tanpa jam mengajar. Guru tetap disiplin datang ke sekolah.

Kalau pun ada hal mendesak, maka mengajukan izin atau cuti kepada pihak manajemen sekolah.

Ini adalah bagian dari budaya setempat. Keunikan ini sayakitra sangat baik ditiru. Tidak perlu mengomentari seperti apa penampilan orang lain atau cara mengajar orang lain. Fokus saja pada tugas pokok, mendidik anak-anak. Niscaya, hidup akan selalu nyaman dan damai.

Minum Es 

Es batu menjadi salah satu bahan untuk minum guru di sekolah. Bahkan sejak pagi hari, mereka sudah minum air es.

Potongan-potongan kecil es batu setiap saat mereka ambil dari dispenser canggih merek Coway. Mereka biasa menaruh es batu dalam tumbler atau gelas.

Kebiasaan ini sebenarnya terjadi juga di kalangan siswa. Dalam tumbler siswa penuh dengan kepingan es batu. Mereka tinggal campurkan dengan air minum yang tersedia di berbagai sudut bangunan sekolah.

Pecinta Kopi

Teh hijau memang terkenal di Pulau Jeju. Tetapi, guru di sini adalah pecinta kopi. Laki-laki dan perempuan, tua atau muda, sama-sama pecinta kopi. Uniknya lagi, mereka pecinta kopi tanpa gula alias kopi pahit.

Cara mereka menikmati kopi adalah kopi campur es batu. Selebihnya kopi pahit.

Pakai Sandal

Sepatu bukanlah alasan kaki wajib ketika masuk ke dalam kelas. Sama seperti siswa yang suka mengenakan sandal dalam kelas, guru-guru pun juga melakukan hal yang sama.

Jenis sandal yang populer guru pakai adalah jenis sandal kodok dari karet.

Di luar sepatu kulit, jenis sepatu running, olahraga dan santai paling banyak dikenakan oleh guru. 

Menyikat Gigi

Penampilan adalah hal utama untuk mendukung percaya diri. Salah satu cara untuk mendukung percaya diri yang rutin dilakukan guru Korea adalah menyikat gigi.

Kegiatan sikat gigi tidak hanya dilakukan setelah makan siang. Mereka mengikat gigi setelah minum kopi atau menikmati kudapan.

Sehingga, jangan heran jika setiap saat guru-guru menuju wastafel atau toilet untuk sikat gigi. 

Beberapa kali rekan kerja sesama guru Korea di ruangan saya, mengikat gigi ketika sementara mengerjakan tugas di komputer. Lumrah saja.

Saya pun ikut terbawa suasana ini. Selama mengajar di Kota Jeju, setiap saya rutin sikat gigi setelah makan siang. 

Kegiatan menyikat gigi ini memang umum dilakukan oleh warga Korea Selatan. Beberapa kali saya mendapati warga setempat membawa sikat gigi dan pasta gigi dalam kantong tas mereka.

Menurut saya, konsep ini perlu dicontoh. Bagaimanapun juga bau mulut kadang mengganggu penampilan, terutama ketika berbicara dengan orang.

Secara khusus warga Korea, mereka adalah pecinta bawang putih mentah. Bumbu dapur ini tentu meninggalkan bau tak sedap di mulut.

Rutin mengikat gigi baik untuk kesehatan mulut dan gigi. Memberikan rasa percaya diri dan tentunya mendukung kinerja.

Suka Berbagi Makanan

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Kebiasaan yang satu ini, sangat saya apresiasi. Guru-guru di Jejuseo Middle School sangat suka berbagi. Tetapi bukan berbagi pasangan hidup ya.

Mereka suka berbagi makanan berupa snack. Bukan hanya guru-guru yang ada dalam ruangan guru tempat saya berkantor. Guru di ruangan lain pun melakukan hal yang sama.

Pagi ini, saya mendapat jatah pembagian snack lagi dari dua guru bahasa Inggris senior. Saya pun merespon dengan membagikan snack lokal Korea yang saya beli di Martro Hipermart.

Kami menyebutnya pagi ini sebagai small party berbagi snack.

Nah, kebiasaan berbagi ini terjadi setiap hari. Secara bergantian rekan-rekan guru membawa snack, teh dan kopi ke sekolah. 

Selama hampir 2 bulan mengajar di Jejuseo Middle School, saya telah beberapa kali juga ikut membagikan kopi Maxim khas Korea dan tentu saja satu paket sedang kopi Arabika khas Toraja yang saya bawa.

Jalan Kaki

Guru-guru di Korea Selatan, khususnya di Kota Jeju sangat suka jalan kaki. Setiap hari saya selalu beriringan dengan sejumlah guru muda yang jalan kaki lebih dari satu kilometer menuju sekolah. Padahal, ini kota metropolitan. Pilihan alat transportasi banyak. Bisa naik taksi, bus atau skuter.

Saya pastikan para guru rata-rata membuat minimal 10 ribu langkah setiap hari. 

Memang sejumlah guru tetap mengendarai mobil ke sekolah, tetapi aktifitas mereka  selanjutnya selama durasi waktu di sekolah adalah berjalan kaki.

Nah, di sinilah saya menyimpulkan mengapa guru Korea memiliki badan atletis dan tidak kegemukan meskipun banyak mengonsumsi air es dan makanan berlemak. Ya, banyak jalan kaki.

Baju Kerja Santai

Pilihan baju kerja bagi guru Korea juga tak ada batasan. Bebas tetapi sopan dan rapi. Tak ada ketetapan pakaian dinas harian. 

Hal ini tentunya mendukung performa dan rasa percaya diri para guru. Terutama dalam aktifitas tambahan lainnya di sekolah.

Ada guru laki-laki yang rutin pakai kemeja dan dasi, pakai jas, t-shirt, jaket, pakai celana jeans, dll. Demikian pula di kalangan guru perempuan. 

Saya mengenakan baju batik dan sarung Toraja saat mengajar Ethics. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Saya mengenakan baju batik dan sarung Toraja saat mengajar Ethics. (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Saya pun membiasakan diri mengenakan pakaian batik dan pakaian adat Toraja ke sekolah. Hal ini saya maksudkan untuk memperkenalkan keragaman produk dan budaya Indonesia kepada siswa dan guru.

Ternyata, pakaian motif batik dan tenun Toraja yang sering saya pakai mendapatkan apresiasi positif dari mereka. 

Beragam pertanyaan muncul dari siswa, termasuk guru-guru.

Sesekali pula saya mengenakan kostum khas Korea, yakni rompi rajut. Ketika saya mengenakan rompi rajut ini, siswa dan guru pun merespon.

"Teacher, you are a Korean now."

Pada hari yang lain, saya juga sering mengenakan celana jeans, baju kaos dan sepatu running ke sekolah.

Saya bisa menyimpulkan bahwa pilihan pakaian kerja yang tak dibatasi bagi guru Korea tentunya didasari dengan niat untuk membangun rasa percaya diri. Penampilan berbanding lurus dengan performa di depan kelas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun