Setelah kejadian ini, demonstrasi dan aksi simpatik menuntut pembangunan di Kecamatan Simbuang kepada Pemprov Sulsel dan Pemda Tana Toraja berulang kali terjadi. Perbaikan jalan pun kemudian dilakukan secara swadaya oleh pastor gereja Katolik di Simbuang dan diikuti pemerintah  Lembang Makkodo sesudahnya. Alat berat saat itu harus diakui sulit beroperasi karena sulitnya medan untuk membawa bahan bakar solar.Â
Berbicara tentang kondisi pendidikan, siswa di Simbuang sebenarnya rajin ke sekolah. Hanya saja, kadang di sekolah tak ada guru. Kalaupun ada yang datang hanya beberapa saja. Sehingga, siswa datang pukul 7:30 akan kembali sekitar pukul 9 atau 10. Khusus di sekolah tempat saya berkunjung, masih beruntung memiliki beberapa guru pendatang yang setia melayani pendidikan di sana. Mereka tinggal di 3 bangunan bekas ruang kelas.Â
Oleh karena banyak lingkungan sekolah di sekitar Kecamatan Simbuang yang masih tidak memiliki pagar pengaman yang memadai, maka kondisi sekolah pun masih diramaikan oleh ternak-ternak liar. Tidak mengherankan, kawanan kerbau pun akan masuk ke ruang-ruang kelas. Di sana kerbau tersebut juga menikmati "belajar" cara meninggalkan kotoran di dalam ruang kelas dan laboratorium. Tak perlu ditanyakan bagaimana kondisi emper sekolah dan halamannya.
Jaringan telepon dan internet pun sangat terbatas. Menggantung handphone di tempat tertentu sudah menjadi kebiasaan demi mendapatkan jaringan. Untuk kegiatan PPG dan pendidikan guru penggerak, guru harus mendaki bukit untuk mendapatkan jaringan internet stabil. Mereka uji nyali di sana dengan membuat tenda seadanya, tahan dingin dan rasa takut dari cerita mistis serta gangguna ternak liar, khususnya kuda liar yang kadang mengejar mereka.
Kenangan lain yang tak terlupakan adalah adanya beberapa pagar pembatas jalan yang oleh warga setempat disebut sulu'. Pagar yang terbuat dari kayu atau bambu ini bertujuan untuk menghalangi ternak liar agar tidak masuk ke pemukiman warga.Â
Turun dari kendaraan, membuka dan menutup kembali sulu' wajib dilakukan. Ini adalah bagian dari menghargai kearifan lokal setempat.
Oya, godaan guru PPPK, CPNS dan PNS yang ditempatkan di Kecamatan Simbuang untuk mencari celah mutasi selalu marak. Mereka tak betah dengan alasan banyak magic di sana, khususnya yang di Lembang Puangbembe Mesakada. Sebenarnya, pola hidup warga lokal yang sebagian besar masih menganut kepercayaan Alukta inilah yang membuat suasana mistis itu ada. Sebenarnya tujuannya baik demi ketenangan dan kesejahteraan hidup warga.Â
Program Pendidikan Guru Penggerak yang sampai ke Kecamatan Simbuang pada akhirnya sedikit demi sedikit mengubah paradigma berpikir para guru dan pemangku kepentingan di sekolah. Perubahan terhadap pembelajaran telah ada perubahan, walaupun harus diakui sulit mengubah pola yang telah ada selama ini.