Setelah menempuh perjalanan sejauh 1,5 km dari Mansedongsan Hill, saya tiba di Eorimok Hiking Trail Entrance di Witse Oreum Shelter. Jalur trekking berupa papan kayu menjadi penyambung masuk pintu utama shelter.Â
Saya kembali terpana. Berhenti sejenak menikmati suasana di sekitarnya. Permadani kekuningan di mana-mana sejauh mata memandang.
Nafas panjang saya lepaskan sejenak. Sudah hampir dua jam saya berjalan kaki dari Eorimok Valley. Jam tangan menunjukkan hampir pukul 13 siang. Beruntung pula, cuaca yang tak menentu sesekali menjadi penyelamat saya dari teriknya matahari yang tak pernah terlihat sama sekali sepanjang perjalanan saya.
Di sekeliling Witse Oreum Shelter, jangan tanya bagaimana suasananya. Surga kecil di atas Pulau Jeju. Speechless! Bentangan alam yang sangat memukau dengan lereng-lereng pegunungan menyerupai punggungan naga mengelilingi Witse Oreum Shelter.
Jika bukan karena pembatasan waktu di puncak dan kewajiban harus turun sebelum pukul 17:00, saya tentunya akan tinggal berlama-lama di sini untuk menikmati keindahan ciptaan Yang Maha Kuasa di Negeri Ginseng.
Sekelompok burung gagak kembali menyambut saya. Mereka tampak sangat akrab dengan semua pengunjung yang datang. Dengan santainya burung-burung yang sering dianggap sebagai simbol kematian ini melenggak-lenggok diantara para pendaki yang tengah istirahat.Â
Burung gagak ini justru menambah sensasi keindahan. Suara sumbang mereka berbaur dengan kencangnya angin berhembus disertai dingin yang menusuk kulit.
Puluhan pendaki tengah bersantai ketika saya menjejakkan kaki di teras-teras papan kayu di halaman shelter. Sejumlah anak-anak usia TK hingga SD juga bersama dengan orang tua mereka. Penuh semangat di tengah dinginnya cuaca yang menginjak 14 derajat celcius.
Mereka sibuk masing-masing dengan gayanya  sambil minum air atau sekedar menikmati camilan dan mie siram yang mereka bawa.