Informasi seputar jenis-jenis reptil yang hidup di sepanjang jalur awal pendakian di Eorimok Trekking Trail tersedia dalam bentuk plakat yang terlindung dengan sangat baik oleh kaca tebal. Di jalur ini terdapat jenis ular berbisa sehingga pendaki dilarang keluar dari jalur trekking.Â
Nah, ketersediaan infomasi inilah yang menjadi tempat istirahat sementara saat trekking. Disamping menjelajah, saya juga belajar banyak hal lewat informasi yang tersedia.
Pedoman untuk jalur pendaki berupa jalur trekking yang telah disiapkan dengan sangat rapi berupa papan, balok dan bebatuan dilengkapi dengan tali pembatas sekaligus pengaman.Â
Di samping kiri jalur, terpasang monorail baja menyerupai pagar setinggi kurang lebih 50 meter yang juga bisa menjadi panduan pendaki untuk tidak keluar dari jalur trekking.Â
Monorail baja ini adalah jalur transportasi untuk mengangkut barang dan logistik lainnya ke shelter. Termasuk mengangkut pendaki jika mengalami masalah kesehatan di jalan.
Nomor telepon darurat juga tersedia di sepanjang jalur dalam setiap radiu 100 meter. Jadi, keselamatan pendaki dan kelestarian alam di sepanjang jalur sangat diperhatikan oleh Korean National Park Service dan UNESCO World Heritage Hallasan National Park.
Di jalur Eorimok Trekking Trail ini, salah satu tempat yang paling banyak dikunjungi adalah Eorimok Valley. Lokasinya kurang lebih 600 meter dari pintu masuk.Â
Eorimok Valley adalah lembah dengan sebuah sungai besar yang menjadi spot pertama nan indah di jalur Eorimok trekking trail, penuh bebatuan dengan satu jembatan merah melengkung di atasnya.Â
Jembatan merah bernama Eorimok Makgyo Bridge inilah yang sering dijadikan instagramable spot photo oleh pendaki. Jembatan ini menjadi satu-satunya penghubung antara Eorimok Valley, Sajebidongsan, Mansedongsan, Witse Oreum.