Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Solusi Macet di Indonesia Bisa Adopsi Metode Korea Selatan

18 September 2024   09:00 Diperbarui: 22 September 2024   21:46 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jalan kaki dan bersepeda. Saya kira inilah metode sederhana yang bisa dibangkitkan kembali di Indonesia. Warga Korea Selatan sangat intens berjalan kaki setiap hari hingga berkilo-kilometer. Tak ada rasa canggung. 

Anak sekolah, remaja, mahasiswa, tua dan muda aktif jalan kaki. Sehingga tidak mengherankan, di pusat kota Seoul sering dijumpai warga yang menyerupai semut berlalu di peremaptan lampu merah dan crosswalk.

Di Indonesia, sekali lagi saya sudah melihat banyak warga Jakarta yang mulai membudayakan ini efek dari halte dan terminal MRT dan Transjakarta. 

Namun, di luar itu, wajib ada himbauan konsisten dari pemerintah, baik pusat maupun daerah agar semua pekerja, pegawai, PNS, ASN dan anak sekolah mulai diajak untuk membiasakan jalan kaki. Bayangkan saja, jarak 100 meter dari rumah ke sekolah, siswa masih ahrus naik ojek atau membawa kendaraan sendiri. 

Dengan mulai membiasakan jalan kaki, maka fungsi dari pemanfaatan bus sebagai kendaraan harian akan maksimal pula. Warga akan aktif berjalan dari halte ke halte untuk menunggu bus yang sesuai dengan trayek tempat tinggalnya.

Alternatif berikutnya adalah menggunakan sepeda untuk beraktivitas. Di Korea Selatan, fasilitas sepeda disediakan oleh pemerintah. Sepeda dengan mudah ditemukan terparkir di pinggir jalan. Tak ada yang mengambilnya tanpa izin. Sepeda tersebut akan terkunci otomatis setelah ditinggalkan pemakainya. Khusus di kota Jeju, semua berjalan dengan nyaman. Tak ada pencurian sesuai dengan filosofi kata Jeju itu sendiri. 

Tapi, ini mungkin ribet di tanah air, mengingat masih minimnya kesadaran warga akan keberadaan fasilitas umum. Aksi pencurian masih tinggi di tanah air. 

Saya menyaksikan sendiri, bagaimana ribuan sepeda manual dan sepeda listrik yang terparkir di pinggir jalan di kota Jeju tak ada yang mengambilnya. Bahkan ada sepeda listrik yan sudah tiga minggu tidur manis di trotoar, semua aman. Demikian pula sepeda motor mahal keluaran Ferrari yang dijadikan angkutan paket, terparkir liar saja dan aman.

Sekali lagi, banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurai macet di tanah air, tetapi kembali pada karakter warga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun