Kemudian, tak ada pedagang asongan, kaki lima atau tukang ojek yang menguasai jalur pedestrian. Benar-benar hanya untuk pejalan kaki.Â
Inilah yang sebenarnya membuat tidak adanya kemacetan di Korea Selatan karena jalur pejalan kaki hanya dimanfaatkan oleh mereka yang jalan kaki, disabilitas dan pengendara sepeda.
Disiplin Parkir
Warga Korea Selatan sangat disiplin tentang parkir kendaraan. Mereka tidak sembarangan memarkir kendaraan.
Meskipun jumlah kendaraan sangat banyak, tetapi akses jalan tetap lancar setiap hari. Mobil hanya diparkir pada tempat parkir yang telah ditandai. Kedisiplinan inilah yang membuat tetap lancarnya akses jalan, walaupun jalan itu ada di lorong-lorong perumahan/apatemen/hotel/restoran/pusat perbelanjaan.
Disiplin di Lampu Merah dan Crosswalk
Kesabaran di lampu merah dan crosswalk masih sering dilanggar oleh pengguna jalan di Indonesia. Kebiasaan masyarakat kita, bebas menyeberang di mana saja. Bukan di jalur penyeberangan yang telah ditentukan. Hal ini ikut menyumbang kemacetan.Â
Seharusnya, warga Indonesia mulai belajar disiplin sejak dini. Pendidikan di sekolah sudah wajib memuat materi yang mendisiplinkan perilaku menyeberang jalan ini. Sehingga ketika ada peraturan/himbauan pemerintah terkait kebijakan terhadap pengguna jalan, anak-anak sekolah bisa menjadi pionir bagi warga lainnya.
Di kota Jeju, warga sangat disiplin di lampu merah dan crosswalk. Meskipun jalanan kosong, tetapi mereka tetap menunggu hingga kode lampu hijau pejalan kaki menyala. Demikian pula sebaliknya.Â
Pada crosswalk tanpa indikator lampu merah, pejalan kaki diperlakukan seperti raja oleh pengendara mobil. Tak ada bunyi klakson keras-keras ketika pejalan kaki melintas. Para sopir sabar menunggu hingga pejalan kaki berlalu.
Beberapa kali saya mengalami kejadian ini saat pergi ke sekolah setiap pagi. Ada tujuh crosswalk yang harus saya lewati. Tiga di antaranya tanpa indikator lampu merah. Meskipun saya mempersilahkan kendaraan lewat lebih dulu, tetapi para pengemudi dengan ramah memberikan kode agar saya yang menyeberang lebih dulu. Hal yang sama dilakukan oleh pengendara motor.Â
Saya kira membangun kedisiplinan pengguna jalan inilah yang bisa menjadi alternatif pertama. Kedisiplinan bukan karena adanya petugas kepolisian yang berdiri mengatur arus lalu lintas. Disiplin berkendara pun bukan terjadi karena adanya desakan peraturan yang berujung pada tilang kendaraan.Â
Selama sebulan tinggal di Korea Selatan, saya belum pernah melihat adanya petugas kepolisian berdiri di tengah jalan mengatur lalu lintas atau memberikan tilang. Semuanya seeperti telah membudaya akan kedisiplinan ini.