Dongmun Market banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Beberapa kali saya berpapasan dengan wisatawan mancanegara.Â
Menjelajahi pasar tradisional Dongmun Market seolah masuk pasar modern dan semi supermarket. Banyak hasil bumi dari kebun dan ladang warga sekitar kota tua Jeju yang diperjualbelikan. Semua barang dagangan ditata dan diatur sedemikian rupa. Lengkap pula dengan tulisan harga.
Beberapa lapak yang menarik perhatian saya adalah lapak penjual salah satu produk andalan Korea Selatan, ginseng. Di Dongmun market inilah untuk pertama kalinya saya bisa melihat langsung akar ginseng.
Terdapat beberapa macam ukuran ginseng ini. Ada yang sangat kecil, sedang dan ada pula yang seukuran batang tebu dewasa. Sebuah pengalaman yang tak akan saya lupakan. Akhirnya melihat ginseng yang dipercaya banyak orang sebagai obat/jamu penambah stamina.
Menurut Ms Lee Ah-hyun, ginseng harganya mahal. Saya belum sempat menawarnya. Namun, sebelum kembali ke Indonesia, saya akan membeli ginseng asli yang belum diolah jadi minyak ginseng. Dengan catatan bahwa ginseng adalah produk atau hasil bumi yang diizinkan dibawa keluar dari Korea Selatan nantinya.
Lapak berikutnya yang menarik perhatian saya adalah penjual jajanan kaki lima di tengah kompleks pasar tradisional Dongmun. Jajanan menyerupai sate tahu banyak pembelinya. Masih ada beberapa lapak makanan kaki lima lainnya yang sedap dan lezat dipandang mata.
Lalu tiba-tiba saya dikejutkan pada satu lapak. Seorang koki udang bakar melakukan atraksi pemanggangan yang menakjubkan. Koki wanita muda memainkan api dari pancaran gaas memanggang beberapa tusuk udang dan lobster. Mr. Dave sempat menawari untuk mencobanya. Tapi, entah kenapa, saya tidak tertarik makan saat itu.Â
Pasar tradisional seolah sayur tanpa garam tanpa kehadiran lapak-lapak penjual ikan kering. Nah, Dongnum Market juga punya. Beberapa puluh nampan besar dari plastik memamerkan ikan kering hasil laut Pulau Jeju.Â