Bawang putih adalah salah satu bumbu dapur yang paling dibutuhkan ketika memasak lauk. Sehingga tidak mengherankan, anggota keluarga bawang dengan nama allium sativum ini selalu duduk manis di pasar dan pusat perbelanjaan, serta selalu dicari ketika seseorang ingin memasak lauk.
Di Korea Selatan, bawang putih boleh dikatakan bumbu yang wajib ada pada setiap masakan Korea. Dengan kata lain, meskipun cuma makan nasi, olahan bawang putih tetap ada. Minimal dimakan mentah.
Di hipermart, bawang putih memang satu-satunya bumbu dapur yang paling banyak tersedia. Selain dalam bentuk siung, bawang putih juga tersedia dalam bentuk siap pakai yang telah dihaluskan. Harga bawang putih cenderung mahal.
Pada beberapa kali kesempatan menikmati makan bersama di restoran Korea Selatan, bawang putih tak pernah absen dari hidangan. Bahkan beberapa kali saya mendapatkan bawang putih ditempatkan khusus dalam mangkuk kecil dan disajikan berbentuk acar.Â
Bagi saya yang kurang familiar dengan memakan mentah siung bawang putih, tentu saja bawang putihnya sedikit ekstrik. Hal ini disebabkan oleh aroma dan rasa pekat khas bawang putih saat dikunyah dan tertelan.
Hingga saat ini, baru sekali saya menelan mentah-mentah bawang putih dalam kuliner Korea Selatan. Kesempatan itu terjadi dalam perjalanan dari bandara Cengkareng menuju bandara Incheon.Â
Menu makanan di pesawat yang kental makanan Korea turut menyajikan tiga siung bawang putih di tengah nampan makanan. Dibalut rasa penasaran, saya mencoba menghabiskannya. Untung saat itu ada white wine, sehingga saya bisa menghilangkan bau khas bawang putih segera dari mulut dan tenggorokan saya.
Dari pengalaman ini, saya mencoba mencari tahu alasan bawang putih kental dengan makanan Korea Selatan.Â
Orang Korea Selatan percaya bahwa bawang putih memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan. Salah satu manfaat besarnya adalah mampu menetralkan darah. Sehingga, mereka tidak bisa dipisahkan dari bawang putih. Apapun makanannya, pasti akan selalu ada bawang putih, apakah itu sudah diolah atau masih mentah.Â
Gaya makan lalapan dari sayuran segar sangat populer di Korea Selatan. Hal ini nampak jelas dari sayuran dan bahan lain yang sudah dipaketkan khusus di setiap hipermart dan pasar tradisional. Tak lupa, selalu ada bawang putih. Misalnya, ketika makan olahan seperti ttakgagi dan bulgogi, maka bawang putih mentah akan menemani.
Alasan berikutnya terkait dengan mitos Dangun. Â
Dahulu kala ada legenda pendiri Gojoseon bernama Dangun. Ayah Dangun bernama Hwanung, seorang putra penguasa surga (Hwanin) yang turun ke dunia manusia.
Suatu hari, Hwanung kedatangan beruang dan harimau yang ingin menjadi manusia. Melalui doa rutin, dewa memenuhi permintaan beruang.Â
Selanjutnya, atas perintah dewa, Hwanung meminta beruang dan harimau untuk memakan mugwort dan bawang putih saja dan tinggal di dalam gua selama 100 hari tanpa melihat matahari sedikit pun.
Harimau tidak tahan menjalani ujian makan mugwort dan bawang putih. Ia lari meninggalkan beruang sendirian di dalam gua.
Beruang sangat sabar menjalani syarat dari dewa. Setelah 100 hari, ia berubah menjadi seorang wanita cantik.
Lalu, Hwanung pun mengubah dirinya menjadi manusia dan menikahi wanita tersebut. Hasil pernikahan mereka melahirkan seorang bayi bernama Dangun.Â
Dangun mendirikan Gojoseon, kerajaan pertama dalam sejarah Korea.Â
Mugwort adalah bahan yang pahit dan bawang putih pedas. Keduanya melambangkan kepahitan dan penderitaan dalam hidup.
Berlatabelakang mitos Dangun ini pula, setiap tanggal 9 Oktober akan diperingati sebagai Hanguel Day atau hari kelahiran kerajaan pertama di Korea Selatan. Sehingga pada tanggal tersebut akan jatuh sebagai hari libur nasional di Korea Selatan.Â
Demikianlah dua alasan utama mengapa bawang putih tidak bisa dipisahkan dari kehidupan orang Korea, khususnya di Korea Selatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H