Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tips Hidup Hemat di Kota Jeju, Korea Selatan

9 September 2024   12:54 Diperbarui: 9 September 2024   13:40 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Jeju adalah kota terbesar di Pulau Jeju, Korea Selatan. Kota ini lebih maju dari Seogwipo, kota kedua di Pulau yang sama. 

Gedung-gedung pencakar langit khas apartemen dan hotel mendominasi bangunan kota. Hal ini menandai kehidupan modern di kota Jeju kental dengan kebutuhan finansial yang tinggi.

Tinggal di kota Jeju terkait erat dengan kekuatan finansial. Bahkan di wilayah Korea Selatan lainnya, aturan alamiah ini akan berlaku. Sehingga, terjawablah salah satu syarat ketika mengurus VISA perjalanan ke Korea Selatan, yakni melampirkan print out rekening koran tabungan di bank dengan nilai minimal 40 juta rupiah.

Khusus di kota Jeju, dikenal pula sebagai salah satu kota dengan biaya hidup yang cenderung lebih mahal dibandingkan kota lain di daratan Korea Selatan. Sebagai contoh, untuk sekali makan siang menu standar di Seoul, kisaran harga mulai 4.000 Won. Sementara, di Jeju, makan siang berada di harga 5.250 Won.

Hampir semua hal harus dibayar ketika tinggal di kota Jeju. Hanya nafas, pandangan mata dan jalan kaki yang gratis. 

Naik bus di kota Jeju. Sumber: dok.pribadi.
Naik bus di kota Jeju. Sumber: dok.pribadi.

Naik taksi atau bus dibayar mengunakan debit card dan T-Money. Berbicara tentang makanan, tak ada menu seharga gado-gado di Indonesia. Kisaran harga dua belas ribu hingga ratusan ribu Won tentunya akan menguras isi dompet dan rekening bank.

Peralatan dan kebutuhan rumah tangga pun tergolong mahal. Harga termurah adalah sikat wastafel dan gelas kumur saat sikat gigi senilai 1.000 won. Dan, semua kebutuhan di kamar apartemen atau hotel harus membeli. 

Bahan makanan mentah pun tergolong mahal di kota dengan status sebagai tujuan utama wisatawan yang berkunjung ke Korea Selatan. Untuk sebuah sayur kol dihargai 5.000 won atau sebuah sawi putih seharga 3.700 Won.

Beras di Lotte Mart, kota Jeju. Sumber: dok.pribadi
Beras di Lotte Mart, kota Jeju. Sumber: dok.pribadi

Lalu, terkait harga beras, yang paling murah adalah 9.900 won untuk 2 kg atau  69.300 per kilogram dengan kurs 1 won= 14 rupiah. Adapulan harga 17.000 won untuk 3 kilogram. Artinya sekilo beras senilai Rp 79.000. Sementara di Indonesia, kita masih bisa membeli sekilo beras dengan harga Rp 14.000 hingga Rp 18.000 dengan kualitas baik.

Satu hal lagi yang berbeda di kota Jeju adalah membuang sampah itu tidak gratis. Khususnya sampah makanan sisa. Kita wajib membayar dengan T-Money saat membuang sasmpah jenis ini.

Saat ini saya sedang tinggal di pusat kota Jeju hingga akhir November mendatang. Untuk merespon tingginya harga-harga dan mahalnya biaya belanja pendukung lainnya, saya melakukan beberapa tips agar keuangan bisa dihemat. 

Belanja Seperlunya

Langkah paling bijak pertama yang wajib diterapkan adalah belanja seperlunya saja. Beli barang-barang yang memang dibutuhkan di apartemen atau rumah susun. Hal ini penting mengingat, ruangan apartemen yang paling umum di kota Jeju menyatu antara dapur, meja makan dan tempat tidur. 

Jadi, makin banyak barang yang tak dibutuhkan dikoleksi, maka akan mebuat kamar apartemen makin sempit, sehingga makin sesak.

Jika mengikuti keinginan mata dan kata hati, maka berapapun jumlah uang yang tersedia pasti akan habis dalam waktu yang tidak lama. Apalagi, hampir setiap jengkal wilayah kota Jeju dihiasi dengan restoran, cafe, pertokoan dan supermarket.

Masak Air di Kamar

Kebutuhan akan air minum adalah hal pokok bagi manusia. Di kota Jeju, tak ada air minum gratis; kecuali di kantor, sekolah atau fasilitaas publik lain yang menyediakan fasilitas kran air minum gratis. 

Sebotol air mineral ukuran 750 ml senilai 850 Won. Intinya, ketika tinggal di apartemen, air minum wajib dibeli. Harganya tidak main-main untuk sekali membeli sepaket air mineral berisi 6 botol kapasitas 1,5 liter. 

Untuk mengakali belanja air, maka saya memasak air setiap hari di kamar. Meskipun air mentah di apartemen sedikit berbau kaporit, tetapi tetap nyaman dikonsumsi. 

Cara lain yang saya gunakan adalah membawa pulang 1.2 liter air setiap kali pulang dari sekolah. Saya membawa tumbler setiap hari sebagai wadah minum di sekolah. Di dalam ruang kerja saya, tersedia fasilitas sumber air minum.

Memasak Sendiri

Memasak sendiri di apartemen adalah solusi kecil yang meringankan beban biaya hidup. Sebagai orang Indonesia, kita memiliki beragam cara memasak makanan sederhana tetapi nikmat. Jadi, saya memilih memasak di apartemen untuk kebutuhan makan setiap hari. Cukup menyiapakan beras, apapun lauknya, sudah pasati nikmat.

Belanja Lauk dengan Potensi Minim Sampah

Sampah makanan sisa adalah tantangan kecil yang bisa merepotkan saat tinggal di apartemen kota Jeju. Jika disimpan lama di kamar, menimbulkan bau tidak sedap dan mengundang serangga khas sampah. 

Membuang sampah sisa makanan setiap hari akan menguras saldo T-Money. Sehingga, saya menerapkan belanja ikan, daging, daging ayam tanpa tulang (biasanya tersedia di supermarket Martro), udang, gurita, dan sayuran segar. Dengan demikian kemungkinan tak ada sisa untuk sampah. 

Penting pula untuk makan secukupnya saja, agar makanan tidak disisakan.

Kurangi Sampah Basah

Produksi sampah yang banyak setiap hari akan merepotkan. Terutama sampah basah. Sampah basah biasanya bersumber dari sisa ikan basah, tulang dari daging dan sisa sayuran. Sehingga, ketika berbelanja wajib selektif memperhatikan sampah yang dihasilkan. Jika hanya kertas, plastik dan botol plastik, masih bisa disimpan lama di kamar dan dibuang pada hari tertentu sesuai dengan klasifikasinya.

Jalan Kaki

Untuk menghemat biaya transportasi, jalan kaki adalah solusi terbaik ketika berada di kota Jeju. Tak perlu sungkan untuk memanfaatkan kekuatan kaki untuk beraktifitas dan menjelajahi kota Jeju karena warga di sini memiliki budaya jalan kaki. Keuntungan lain dari berjalan kaki adalah tubuh makin sehat karena terjadi pembakaran kalori setiap hari. 

Demikianlah pengalaman saya sejauh ini dalam menghemat biaya hidup di kota metropolitan, Kota Jeju. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun