Pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) sementara berlangsung. Penyiapan infrastruktur seperti komputer, jaringan listrik, jaringan internet, uji coba server dan sinkronisasi data server pusat ke server sekolah pada masa gladi bersih dan pelaksanaan menjadi bagian tak terpisahkan dari proses ANBK.Â
Pengecualian bagi sekolah yang memiliki kualitas jaringan internet yang mumpuni, kegiatan sinkronisasi tak perlu dilalukan. Kegiatan ANBK bisa dilaksanakan secara full online. Artinya, sekolah hanya melakukan ANBK dan servernya langsung dari pusat.Â
Kondisi ini berbeda ketika sekolah ada di daerah dengan keterbatasan sumber daya. Kegiatan ANBK harus dilakukan dengan modal semi-online.Â
Bagi sekolah-sekolah di wilayah perkotaan dan wilayah dengan jaringan listrik dan internet yang memadai, kegiatan sinkronisasi dapat berjalan dengan lancar, aman dan tanpa kendala yang berarti. Dalam hitungan 1-2 jam saja, proses sinkronisasi data dari server pusat ke server sekolah bisa selesai.Â
Di Kabupaten Tana Toraja, tidak semua sekolah memiliki sumber daya yang memadai, baik dari ketersediaan jaringan listrik maupun kualitas jaringan internet. Termasuk dukungan peralatan berupa komputer yang up to date dan sumber daya manusia.Â
Realita inilah yang masih dialami sejumlah sekolah di Kecamatan Simbuang. Kecamatan yang ada di bagian barat Tana Toraja dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Mamasa di Provinsi Sulawesi Barat ini masih berstatus daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).
Perjuangan berat ketika melakukan sinkronisasi server untuk pelaksanaan ANBK tahun 2024 harus dijalani oleh sejumlah sekolah di sana, khususnya sekolah-sekolah yang ada di sekitar Lembang Puangbembe Mesakada.Â
Oleh karena lokasi sekolah tergolong blind spot, jaringan internet terbatas sekali, hanya menerima lemparan jaringan dari Kecamatan Nosu di Kabupaten Mamasa, maka terdapat sekolah-sekolah yang akan melakukan ANBK secara offline.Â
Namun demikian, server sekolah wajib tetap melakukan sinkronisasi data secara online. Di sinilah cerita perjuangan seorang guru penggerak bernama Kristian Betteng dari UPT SMPN Satap 2 Simbuang ditemani rekannya, Gusti Sanda Linggi serta dibantu oleh dua guru lain dari sekolah terdekat yakni Robertus Allo Bunga (UPT SDN 4 Simbuang) dan Khairil Kariwangan (UPT SMAN 12 Tana Toraja).Â
Mereka harus membentangkan kabel kurang lebih 300 meter dengan sumber arus dari UPT SMPN Satap 2 Simbuang. Terkait sumber listrik ini, patut disyukuri karena jaringan PLN telah beroperasi beberapa minggu yang lalu. Jaringan listrik PLN ini berasal  dari Kabupaten Mamasa.
Kemudian mereka juga harus memikul 6 komputer, masing-masing 3 untuk server dan 3 untuk client.Â
Jaringan internet yang sedikit stabil dari arah Kabupaten Mamasa hanya tersedia di bukit Karopo'. Sebuah bukit dengan tanah lapang yang luas berupa sabana dan dikelilingi pepohonan pinus muda. Bukit Karopo' ini pernah dilebarkan menggunakan buldozer dan excavator beberapa tahun yang lalu dan menjadi lokasi perkemahan siswa se-Kecamatan Simbuang. Lama ditinggal dan tidak terjamah manusia, akhirnya kembali ke kondisi awal.
Saya pernah menginjakkan kaki di bukit Karopo' ini beberapa bulan lalu ketika mendampingi bapak Kristian Betteng pada pendidikan guru penggerak angkatan 9 Kabupaten Tana Toraja.Â
Tantangan menuju bukit Karopo' adalah jalan tanah dan menanjak. Kendaraan tidak bisa lewat, termasuk motor. Jalan kaki adalah satu-satunya cara terbaik untuk mencapai bukit yang memiliki cerita-cerita mistis dari warga setempat.Â
Kegiatan sinkronisasi dimulai hari Sabtu (7/9/2024) pukul 7 pagi hingga sekitar pukul 10 malam. Selanjutnya, karena kondisi tidak memungkinkan untuk bermalam di bukit Karopo', Â mereka memutuskan kembali ke rumah untuk tidur dengan membawa server dan client yang telah sinkron dan memastikan bahwa kerbau-kerbau liar telah menjauh dari tenda mereka.Â
Adapun hasil dari sinkronisasi ANBK ini akan digunakan untuk melayani ANBK dari empat sekolah, yakni UPT SMPN 1 Simbuang, UPT SMPN 3 Simbuang, UPT SMPN 4 Simbuang dan UPT SMPN Satap 2 Simbuang.Â
Para guru muda luar biasa ini kemudian mendirikan dua tenda sebagai tempat berlindung komputer dari hujan dan sekaligus tempat berjaga hingga larut malam. Tambahan dedaunan pinus dan rerumputan menutupi tenda agar mereka terhindar dari tiupan angin kencang di puncak bukit Karopo'.Â
Mereka harus tinggal di tenda seadanya. Perangkat komputer dan kabel tak bisa mereka biarkan begitu saja.Â
Tantangan berat lainnya ketika melakukan sinkronisasi ANBK di bukit Karopo' adalah kehadiran kerbau dan kuda liar di sekitar lokasi. Jika tidak dijaga, kerbau akan masuk ke tenda dan merusak peralatan.Â
Sehingga, Pak Kristian dan rekan-rekannya harus tinggal di tenda hingga larut malam. Menahan dingin yang sangat menusuk kulit. Tambahan pula, mereka dikelilingi oleh cerita-cerita mistis tentang Bukit Karopo' yang tentunya makin menambah tantangan jika harus bermalam di tengah padang belantara yang jauh dari pemukiman warga.Â
Demi menunjang tenaga, bapak Kristian dan rekan-rekannya membawa bekal berupa nasi dan lauk seadanya dan mie instant, termasuk air dan sarana merebus air untuk kopi penghangat tubuh. Asupan energi terbatas ini mereka siapkan di sekolah. Derita bertambah ketika stok makanan ternyata tak berbanding lurus dengan kelancaran sinkronisasi server ANBK.Â
Jaringan internet yang timbul dan tenggelam untuk mengunduh sekitar 20GB file data dari server pusat ternyata memakan waktu puluhan jam.Â
Sehingga, ketika malam hari tiba, stok makanan menipis. Kembali ke perkampungan untuk mengambil makanan tentunya membuat mereka berpikir dua kali. Jarak yang relatif jauh dan rasa gundah gulana berjalan di antara semak belukar sendirian. Pilihan mereka adalah membakar ubi kayu sebagai media pengganjal perut.Â
Setelah melalui proses yang panjang menguras emosi, kesabaran dan tenaga, sinkronisasi server ANBK berhasil tuntas pada Minggu pagi (8/9/2024), sekitar pukul 09:15 pagi.Â
Perjuangan selanjutnya adalah membawa komputer-komputer server dan clinet tersebut kembali ke sekolah. Bapak Kristian dkk. kembali harus memikul komputer, tenda, tempat bekal dan peralatan lain sejauh kurang lebih 300 meter menuju UPT SMPN Satap 2 Simbuang.
Dengan selesainya sinkronisasi server tersebut, maka empat sekolah jenjang SMP di Kecamatan Simbuang tersebut telah siap pada hari H pelaksanaan ANBK minggu depan.Â
Ini adalah sebuah bentuk kolaborasi yang tak mengenal status dan jenjang sekolah serta jarak. Mereka telah terbentuk oleh kondisi alam di Kecamatan Simbuang untuk bergerak bersama dan bahu-membahu demi menopang pembangunan pendidikan di Kabupaten Tana Toraja dan di negara ini.Â
Mereka rela jauh dari keluarga untuk mengabdi di wilayah terpencil. Seperti Bapak Kristian Betteng yang harus meninggalkan  anak dan istri di Kabupaten Torajan Utara dan menempuh perjalanan melelahkan serta menguji mental selama berjam-jam untuk tiba di Lembang Puangbembe Mesakada.Â
Sebuah perjuangan yang mulia telah dilakukan bapak Kristian dan rekan-rekannya demi kesuksesan pelaksanaan ANBK jenjang SMP di Kecamatan Simbuang dan tingkat nasional secara keseluruhan.Â
Sudah pasti ada keluhan dari mereka, tetapi mengeluh tak akan menuntaskan problematika pelaksanaan ANBK di Kecamatan Simbuang. Problematika lawas yang telah terjadi sejak pelaksanaan kali pertama ANBK beberapa tahun sebelumnya.Â
Cerita ini masih akan terulang ketika pelaksanaan sinkronisasi server ANBK untuk jenjang sekolah dasar. Mengingat, sejumlah SD terdekat akan menumpang di UPT SMPN Satap 2 Simbuang untuk melakukan ANBK.
 Salam Merdeka Belajar.Â
Sebuah laporan dan refleksi.
Yulius Roma Patandean dari Kota Jeju, Pulau Jeju, Korea Selatan.Â
Minggu, 8 September 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H