Sampai di sini, saya mencoba mengambil beberapa kesimpulan mengapa SPBU di Jeju tidak ditemukan antrian kendaraan.
Pertama, kendaraan di Jeju dalam hal ini mobil mewah produksi Eropa, Jepang dan Amerika; termasuk mobil-mobil produksi Korea Selatan sudah berbasis listrik, berbahan bakar eco friendly, hybrid dan bertenaga hibrida. Terkait mobil listrik, sejauh ini saya belum menemukan stasiun pengisian bahan bakarnya.Â
Kedua, jumlah kendaraan berusia tua dikurangi dan diganti dengan kendaraan yang ramah lingkungan.Â
Ketiga, kendaraan yang menggunakan bahan bakar solar sudah mulai dimusnahkan dan dikurangi pengoperasiannya untuk menguragi polusi udara. Beberapa waktu lalu, pernah ada berita bahwa pemerintah Korea Selatan bersedia memberikan dana insentif bagi warga Korea Selatan pengguna mobil-mobil lawas.Â
Keempat, tidak ada penjual bahan bakar eceran yang selama ini banyak menghabiskan kuota SPBU.
Kelima, oleh karena kendaraan di Jeju dan negara Korea Selatan secara umum sudah bertransformasi dari kendaraan tua ke kendaraan listrik, ramah lingkungan, hybrid dan hibrida, maka kendaraan di sana rata-rata hemat bahan bakar.
Ini hanya pendapat pribadi saya terkait alasan di balik tidak adanya antrian SPBU di kota Jeju.Â
Sejauh ini, saya belum pernah melihat knalpot kendaraan berasal selama berada di kota Jeju. Adapun jumlah mobil di sebenarnya mirip di Indonesia, sangat banyak. Barangkali yang membedakannya adalah penataan parkir yang sangat baik, sehingga ribuan mobil yang terparkir di lorong-lorong jalanan kota Jeju terlihat minimalis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H