Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pendeta Yunus Marthen Baso, Pejuang Ternak Lokal Toraja

16 Agustus 2024   14:56 Diperbarui: 18 Agustus 2024   19:47 922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendeta Yunus Marthen Baso memberikan pembinaan kepada warga gereja. Sumber: dok. Yunus Marthen Baso.

Ke mana-mana pendeta Baso pergi melayani, tak lupa ia menyinggung pemberdayaan dan peningkatan ekonomi masyarakat lewat peternakan babi, kerbau, sapi dan kambing. Salah satu tujuan pelayanannya adalah ia ingin warga gereja atau warga kampung bisa mandiri. Caranya, dengan mengedukasi warga untuk beternak.

Saat ini, pendeta baso melayani di Jemaat Bukit Sion Salubarani. Sebuah komunitas Gereja Toraja di tapal batas perwakilan Kabupaten Tana Toraja dan Kabupaten Enrekang. Menjelang 3 tahun memasuki masa purnabakti, semangatnya terus membara. 

Di Salubarani, pendeta Baso sukses mengajak puluhan anggota gereja sukses sebagai peternak babi dan kerbau. Puluhan hingga ratusan ekor babi telah dimiliki satu kepala keluarga. 

Bersama pendeta Yunus Marthen Baso usai pelayanan ibadah hari Minggu di awal Agustus 2024. Sumber: dokumentasi pribadi.
Bersama pendeta Yunus Marthen Baso usai pelayanan ibadah hari Minggu di awal Agustus 2024. Sumber: dokumentasi pribadi.

Ketika serangan virus ASF mengganas, pendeta Baso berhasil melakukan edukasi yang menjadikan babi-babi di Salubarani tidak menderita serangan ASF. Kondisi ini membuat warga gereja menjadi jutawan. Harga babi melonjak drastis. Sementara kebutuhan anak babi dan daging babi makin tinggi karena tingginya permintaan untuk kegiatan adat rambu solo' dan rambu tuka'. Sekali menjual puluhan ekor anak babi dan babi siap potong, nilainya mencapai puluhan juta rupiah.

Dengan demikian, warga gereja sejahtera, maka gereja pun ikut terdampak. Persembahan warga untuk pelayanan dan pembangunan gereja makin tinggi pula.

Selain itu, pendeta Baso juga aktif mengedukasi dan melatih warga cara membuat pakan ternak babi yang sehat dan menggemukkan babi. Dengan cara fermentasi tradisional, babi peliharaan warga gereja di Salubarani bisa dipanen pada usia 3-6 bulan saja dengan kisaran harga 2,7 - 3,5 juta per ekor.

Pendeta Baso sedang menyuntik anak babi warga. Sumber: dok. Yunus Marthen Baso
Pendeta Baso sedang menyuntik anak babi warga. Sumber: dok. Yunus Marthen Baso

Jauh sebelum virus ASF menyerang ternak babi di Indonesia, pendeta Yunus Marthen Baso telah bergerak dalam mengobati ternak warga. Bukan hanya babi saja, ia pun dikenal spesialis menangani kerbau, sapi dan kambing. 

Hampir setiap minggu pendeta Yunus Marthen Baso meninggalkan jemaat tempat ia melayani hanya untuk memenuhi undangan warga dari tempat yang berbeda-beda untuk memberikan pelatihan terkait peternakan babi dan kerbau. 

Berbekal pengalaman pribadi ditambah pengalaman mengikuti berbagai pelatihan terkait budidaya ternak dalam negeri hingga internasional, pendeta Yunus Marthen Baso tiada henti berbagi ilmu yang memberdayakan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun