Perjalanan panjang hingga puluhan jam mengendarai mobil membutuhkan waktu rehat di waktu tertentu. Rehat berkendara untuk makan di tengah perjalanan sangat dibutuhkan.
Seperti inilah kondisi perjalanan yang saya alami bersama 6 rekan dari Tana Toraja. Menempuh perjalanan 12 jam dari kota Makassar memang menguras tenaga. Apalagi, kami harus berkali-kali terjebak antrean akibat perbaikan jalan amblas di 6 titik jalan poros Enrekang-Toraja.
Dua kali kami terjebak dalam durasi yang lama di sekitar Bambapuang dan Batu Rampun. Susahnya lagi, pada kedua titik antrean, tak ada warung atau kios yang buka. Semua sudah tutup.
Perut makin lapar. Ketika mobil bisa tembus lewat sistim buka tutup setelah tengah malam.Â
Menurut salah satu teman, ada warung makan yang buka hingga tengah malam di sekitar Cakke atau Kalosi. Katanya, menu utama di sana adalah makanan khas Enrekang, yaitu nasu cemba. Harapan untuk mengisi perut hanya tempat itu.
Membayangkan segarnya rasa dan aroma khas kuah dan daging nasu cemba membuat semangat kami bergejolak untuk segera tiba di warung yang dimaksud.Â
Tiba di pasar Cakke, kami berhenti. Benar, ada satu warung makan yang masih buka. Beberapa pria sedang duduk ngopi di teras warung. Di dalamnya asa yang sedang makan. Tampak pula tiga koki sedang sibuk di dapur.
Nama tempatnya adalah Warung Makan Bu Ade. Lokasinya strategis, tepat di halaman depan kompleks Pasar Cakke, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang. Dengan posisi menghadap ke jalan trans Sulawesi, membuat warung ini mudah didapatkan oleh siapapun.Â
Bagian depan warung adalah dapur. Sehingga pembeli bisa melihat langsung proses pembuatan menu makanan. Tempatnya bersih, adem dan nyaman.Â
Menurut informasi yang saya dapatkan di sana, warung tersebut memang buka sepanjang hari. Nasu cemba adalah menu andalan warung makan ini. Ada pula sop iga dan akan bakar. Tersedia pula kopi gratis bagi pengunjung.Â
Selain warga lokal Enrekang, pengunjung warung ini adalah para penumpang dari arah Makassar menuju Toraja. Umumnya sopir ekspedisi dan turis lokal.Â
Sayang sekali kami tak beruntung menikmati nasu cemba dan aneka alahan daging sapi/kerbau lainnya. Nasu cemba baru sementara dimasak. Menurut salah satu koki, proses pemasakan nasu cemba berlangsung hingga 4 jam. Pemasakan yang lama dimaksudkan untuk mendapatkan perpaduan bumbu rempah, daun cemba dan daging yang lembut.
Meskipun belum bisa menyantap kesegaran nasu cemba, tetapi kami masih bisa menikmati kuah segarnya. Saya bahkan menghabiskan dua mangkuk kuah nasu cemba.Â
Kami memesan ikan laut dan nila bakar. Proses pembakaran langsung di depan mata menambah dorongan untuk makan. Aroma khas kuah nasu cemba dan ikan bakar sangat menggoda selera makan kami meskipun waktu menunjukkan pukul 1 subuh.Â
Pertama kali makan di warung makan Bu Ade yang tergolong baru di jalan trans Sulawesi telah meninggalkan kesan luar biasa. Warung ini sangat direkomendasikan bagi yang melakukan perjalanan menuju Toraja di malam hari. Nasi dan aneka hidangannya original, diolah dengan pendekatan yang baik dan tentunya sehat, tidak sekedar mengisi perut.Â
Para koki ramah dan komunikatif dalam melayani pengunjung. Di sekitar warung makan tersedia banyak pilihan belanja kebutuhan. Apalagi ada dalam kompleks salah satu pasar tradisional besar di kabupaten Enrekang.Â
Intinya, kini tersedia alternatif lokasi makan yang kondusif dan nyaman.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H