Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Semudah Kata Maaf, Meninggalkan Akar Pahit

10 Agustus 2024   17:33 Diperbarui: 10 Agustus 2024   17:35 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf, sebuah kata yang sangat lumrah dan selalu ditemui setiap saat. Maaf seperti username sekaligus password untuk masuk ke dalam sebuah situasi kehidupan sehari-hari, entah disadari atau tidak pada latar belakangnya. 

Ketika terjadi perselisihan, silang pendapat atau insiden yang membuat salah satu pihak merasa tersinggung dan sakit hati, maka kata maaf adalah password untuk menguraikan ketegangan.

Hanya saja dalam praktiknya, mengucapkan maaf menghadapi dua konteks situasi dan maksud. Konteks pertama mudah disampaikan tanpa memikirkan dampak sesudahnya. Konteks kedua, susah diucapkan dan meninggalkan jejak akar pahit yang mendalam.

Kebutuhan kata maaf hampir terjadi setiap saat. Ketika di sekolah, saya lalai masuk kelas untuk mengajar karena adanya perubahan jadwal yang tidak saya ketahui, maka dengan spontan saya berkata maaf kepada guru piket. 

Kata maaf juga saya terima dari guru piket. Permintaan maaf saya mudah keluarnya dan harapan saya mudah dipahami oleh guru piket. Mengapa demikian? Karena di pihak piket ia merasa tidak dirugikan secara pribadi. Ia hanya menjalankan tugas dan memberikan klarifikasi terkait kelalaian saya.

Tak ada perasaan aneh di antara kami berdua. Usai saling memaafkan, semua kembali normal.

Pada kondisi tersebut kami sama-sama saling memaafkan dan kami tak terbebas sama sekali baik sebelum maupun sesudah kata maaf terucap.

Saya teringat satu kejadian yang membuat saya masih menyimpan jejak yang susah saya hilangkan hingga saat ini. Secara iman Kristen, saya penuh kesalahan.

Adalah akar pahit yang melekat kuat dalam ingatan saya. Saat itu, saya menerima telpon dari seorang keluarga dekat. 

Pembicaraan kami sebenarnya santai dan penuh keceriaan. Namun, pada satu momen, saya mendengar kata "kamu bodoh" dari seberang handphone. 

Canda tawa yang sebelumnya rendah tiba-tiba menyulut emosi saya saat mendengar kata bodoh. Saya pun berteriak pada pembicaraan tersebut. 

Ketika pembicaraan telepon terputus, tak ada kata maaf. Beberapa waktu kemudian kami dipertemukan di sebuah acara keluarga. Ia memeluk saya minta maaf. Hanya semata, oleh karena masih teringat kata bodoh yang dilontarkan ke saya, pelukan saya membalasnya terasa dingin. Saya masih belum bisa menerima kata itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun