Canda tawa yang sebelumnya rendah tiba-tiba menyulut emosi saya saat mendengar kata bodoh. Saya pun berteriak pada pembicaraan tersebut.Â
Ketika pembicaraan telepon terputus, tak ada kata maaf. Beberapa waktu kemudian kami dipertemukan di sebuah acara keluarga. Ia memeluk saya minta maaf. Hanya semata, oleh karena masih teringat kata bodoh yang dilontarkan ke saya, pelukan saya membalasnya terasa dingin. Saya masih belum bisa menerima kata itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H