Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Olimpiade Paris 2024: Nilai Historis Medali Perunggu Gregoria Mariska

6 Agustus 2024   10:44 Diperbarui: 7 Agustus 2024   14:45 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia akhirnya pecah telur di Olimpiade Paris 2024. Sekeping medali berhasil dikalungkan ke satu atlet bulu tangkis. 

Adalah Gregoria Mariska Tunjung, tunggal putri satu-satunya Indonesia yang berlaga di Paris yang berjasa menorehkan raihan medali perunggu.

Dengan beban berat bahwa cabang bulu tangkis adalah favorit kuat penyumbang medali Olimpiade, khususnya medali emas; Gregoria Mariska menjadi pion tunggal yang tersisa melanjutkan pertarungan.

Sebagai pengingat, sejak pertama kali dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992, bulu tangkis adalah satu-satunya penyumbang medali emas hingga Olimpiade Tokyo 2020.

Di Paris, punggawa bulu tangkis Tanah Air justru tak mampu berbuat banyak. Ganda putra, ganda campuran, ganda putri dan dua tunggal putra berguguran. Hanya menyisakan Gregoria Mariska seorang diri yang bisa melangkah jauh hingga ke babak empat besar. 

Jika mau dikatakan beban Jorji berat, ya sangat berat. Jorji menjadi tumpuan terakhir bulu tangkis untuk mendulang medali. Bertarung sendirian membawa bendera Indonesia sejak babak 8 besar, sulit dikatakan tekanan mental dan psikisnya.

Di babak semifinal, langkah Jorji remi terhenti setelah dikalahkan tunggal putri nomor satu dunia asal Korea Selatan, An Se Young. Namun, perlu dicatat bahwa Jorji mampu merepotkan An Se Young, peraih medali emas tunggal putri di Paris; yakni mengalahkan wonderkid Korsel di set pertama.

Lalu, medali perunggu itu kemudian resmi melingkar di leher Jorji ketika calon lawannya di perebutan medali perunggu, Carolina Marin dan He Bingjiao tak bisa menuntaskan laga semifinal. Marin harus mundur karena cedera. Secara otomatis, He Bingjiao lolos ke final dan Marin mengakhiri petualangannya di Paris. Serta-merta Jorji tak perlu bertanding lagi untuk mendapatkan medali perunggu Olimpiade.

Sehingga, sekeping medali perunggu Olimpiade Paris 2024 ini memiliki nilai historis tersendiri bagi Gregoria Mariska.

Jorji satu-satunya penjaga tradisi medali Olimpiade dari cabang bulu tangkis, meskipun bukan medali emas lagi. Sejarah pun mencatat bahwa merah putih pertama kali berkibar di Paris 2024 lewat hasil jerih payah Jorji.

Walaupun tak bertarung di laga perebutan medali perunggu, medali perunggu Jorji selevel dengan perjuangan membawa beban mengibarkan merah putih. 

Sejak Maria Kristen meraih medali serupa di Olimpiade Beijing 2008, tak ada lagi wakil tunggal putri yang bisa berbicara banyak di pesta olahraga terbesar dunia empat tahunan. 

Lalu, tanpa mengesampingkan cabang olah raga lain, seperti panjat tebing dan angkat besi yang berpotensi menyumbang medali; raihan medali perunggu Jorji bisa jadi satu-satunya medali Olimpiade Indonesia di Paris 2024.

Medali perunggu satu-satunya dari cabang bulu tangkis ini sekaligus menjadi tamparan keras kepada induk bulu tangkis Indonesia, PBSI. Ini adalah prestasi terburuk bulu tangkis di arena Olimpiade.

Ini adalah sejarah kelam perbulutangkisan nasional. Tradisi medali emas olimpiade terputus. Prestasi tepuk bulu terjun bebas.

Gregoria Mariska Tunjung telah berjasa menutupi noktah merah bulu tangkis. Sejarah telah mencatat itu. 

Tonggak sejarah baru akan dimulai dari pembangunan bulu tangkis nasional dengan titik tolak dari medali perunggu Jorji di Paris. Refleksi untuk semua jajaran petinggi PBSI hingga pemegang tertinggi tonggak pemerintahan, yakni presiden.

Beberapa hal memang sudah waktunya mengalami reformasi. Independensi para petinggi PBSI, tanpa kepentingan politik, jaminan kesejahteraan para atlet, regenerasi yang berkelanjutan dan adil, melibatkan para legenda, dll harus dikedepankan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun