Gregoria Mariska Tunjung akan menentukan nasib kontingen bulu tangkis. Jika kalah dari mantan tunggal putri nomor satu dunia, Ratchanok Intanon, maka resmilah Indonesia tanpa medali di Olimpiade Paris 2024 dari cabang bulu tangkis.Â
Sebuah sejarah yang akan sulit diterima. Baik oleh PBSI maupun rakyat Indonesia.Â
Melihat kondisi ini, sudah saatnya induk bulu tangkis, PBSI untuk segera berbenah dan introspeksi diri.Â
Pembenahan harus dilakukan di semua aspek. Pembenahan ini bukan jangka pendek tetapi jangka panjang.Â
Dimulai dari cuci gudang jajaran pengurus di tubuh PBSI. Dari pucuk pimpinan, ketua umum hingga direktur teknik.Â
Memang harus diakui bahwa pemilihan pengurus PBSI kental dengan aroma politik. Imbasnya terjadi pada kinerja di Pelatnas Cipayung.Â
Kesejahteraan pelatih dan pemain juga wajib menjadi perhatian. Kaburnya para pelatih dan pemain tidak lepas dari kesejahteraan dan jaminan masa depan mereka.Â
Eks bintang-bintang nasional pun seperti sengaja diparkir. Padahal isi kepala mereka sangat dibutuhkan untuk regenerasi pemain dan pembinaan prestasi.Â
Kembalikan para pelaku murni bulu tangkis tanah air. Berikan mereka kesempatan untuk menyusun program, mencari bibit atlet dan merumuskan kebijakan yang menguntungkan semua orang.Â
Jika, Rexy Mainaky memilih membesarkan bulu tangkis Malaysia, maka seharusnya menjadi tamparan keras PBSI. Rexy adalah legenda tepok bulu nasional dan dunia. Komitmen, pengalaman, motivasi dan perjuangannya di dunia bulu tangkis wajib dihargai negara sendiri.Â
Regenerasi pemain di pelatnas harus meninggalkan ragam kepentingan. Baik kepentingan individu, kelompok maupun politik. Mereka yang direkrut masuk pelatnas seyogyanya sesuai dengan kriteria atlet yang dibutuhkan bukan karena titipan atau karena pilihan berdasarkan golongan tertentu.Â