Alasan saya tidak membangun rumah bertingkat atau berukuran besar adalah selain keterbatasan biaya, saya lebih cenderung melihat fungsinya kelak. Kami hanya berempat, jadi rumah tak terlalu besar sudah cukup.
Dalam pemikiran saya, sebuah rumah minimalis dengan penataan ruang yang baik akan terlihat luas.Â
Khusus kamar tidur pribadi, saya rancang agak luas. Hal ini mempertimbangkan kebiasaan bekerja yang membutuhkan ruang buat meja dan perangkat komputer. Selain itu, saya merancang kamar pribadi memiliki perpustakaan mini. Maklum, saya senang membeli dan mengoleksi buku.
Ruang keluarga dirancang agak luas pula. Ini untuk memenuhi fungsi rumah orang Toraja yang sering digunakan sebagai tempat pertemuan keluarga, sarana ibadah dan kegiatan lainnya. Di ruang ini, tak perlu kursi dan meja, dibiarkan terbuka saja dengan gaya duduk melantai.Â
Ruang tamu dibuat mungil dengan pendekatan minimalis. Cukup satu stel perangkat kursi tamu minimalis dari kayu jati.
Saya sudah meminta tukang agar memberikan sentuhan ornamen minimalis agar rumah mungil impian saya ini benar-benar memenuhi gaya hunian impian yang telah dirancang. Termasuk nantinya pemilihan jenis dan warna cat yang mendukung pendekatan minimalis.
Pencahayaan rumah rumah secara alami juga penting. Artinya, penempatan jendela dan ventilasi benar-benar tepat sehingga cahaya dalam ruangan tidak tergantung pada sumber listrik saja.
Ketersediaan sumber air adalah salah satu pertimbangan lokasi membangun rumah. Secara khusus ketersediaan air tanah atau sumur. Nah, meskipun lokasi rumah ada di atas bukit, tetapi ada sumber  air yang tersedia sepanjang  tahun.Â
Pertimbangan berikutnya adalah saya menginginkan halaman yang luas. Bukan hanya sebagai tempat parkir. Saya menyukai kehadiran udara segar.Â
Halaman luas dan terbuka juga menjadi lahan bermain anak. Saya dan anak pun biasa camping di halaman rumah. Pagi harinya seolah kita ada di atas awan karena pemandangan kabut tebal yang hampir ada setiap pagi.
Halaman yang luas juga memiliki fungsi lain di masa depan. Sangat memudahkan ketika ada kegiatan sosial seperti acara kedukaan, ucapan syukur dan perkawinan. Apalagi, orang Toraja masih cenderung mempertahankan tradisi mengadakan resepsi perkawinan di halaman rumah sendiri. Ya, hitung-hitung bermanfaat pula buat tetangga terdekat.