Untuk pergerakan jual-beli hewan kurban di Toraja, tidak mengenal adanya pasar tumpah hewan kurban atau pembukaan lokasi khusus hewan kurban. Karakter jual-belinya adalah orang yang butuh hewan kurban akan mencari sendiri ke kampung-kampung di sekitar Toraja. Sekali lagi, pembeli hewan kurban biasanya pula sudah mendapatkan informasi sejak lama tentang keberadaan dan kondisi hewan.
Hewan kurban berupa kambing paling jauh didatangkan dari Kecamatan Alla, Baroko, dan Curio di Kabupaten Enrekang. Sisanya dari peternak lokal. Harganya pun masih harga kekeluargaan. Berkisar antara 3-6 juta, tergantung dari jenis kambingnya. Kambing lokal biasanya lebih murah.
Ciri khas sapi dan kambing untuk kurban di Toraja, biasanya sudah diikat atau ditambatkan di halaman rumah warga terdekat dari sebuah masjid. Saat ini, sapi untuk kurban sudah mulai menampakkan diri.Â
Seperti yang saya jumpai di sekitar masjid yang ada di jalan akses bandara Toraja di Mengkendek. Sudah ada sapi yang ditambatkan di halaman belakang sekolah. Dari warna kulit yang cerah dan bersih, sapi tersebut berasal dari warga lokal.
Tak ada pemeriksaan hewan kurban yang dibeli dari warga lokal. Pemahaman tradisional bahwa makanan sapi-sapi lokal adalah rumput liar di alam atau rumput yang memang ditanam warga. Tak ada pemberian ampas tahu atau asupan lain.Â
Pihak terkait hanya memeriksa beberapa hewan kurban yang masuk dari luar Toraja. Biasanya petugas langsung memeriksa hewan kurban tersebut di halaman masjid.
Di gerbang perbatasan kabupaten pun telah siaga petugas dari dinas kesehatan untuk mengecek hewan kurban yang masuk ke Toraja. Tetapi sejauh ini aman karena hewan tersebut tak seberapa saja. Hanya permintaan orang tertentu.Â
Lebaran haji tetap menjadi berkah bagi lokal Toraja, baik yang Muslim maupun non Muslim dari hasil penjualan hewan kurban. Dalam hal perayaan pun, warga non Muslim adalah yang paling banyak hadir. Hal ini dikarenakan oleh masih kuatnya toleransi terhadap pluralisme di Toraja.
Saya yakin, tradisi memanfaatkan sapi dan kambing lokal Toraja masih akan dipertahankan hingga puluhan tahun ke depan selama warga masih aktif mengembangbiakkan sapi dan kambing di perkampungan dengan metode tradisional yang telah turun-temurun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H