Mohon tunggu...
Yulius Roma Patandean
Yulius Roma Patandean Mohon Tunggu... Guru - English Teacher (I am proud to be an educator)

Guru dan Penulis Buku dari kampung di perbatasan Kabupaten Tana Toraja-Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan. Menyukai informasi seputar olahraga, perjalanan, pertanian, kuliner, budaya dan teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kuliah dalam Kacamata Tradisi, Kebutuhan Kampus dan Pembangunan Jangka Panjang

23 Mei 2024   09:04 Diperbarui: 25 Mei 2024   07:08 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuliah adalah proses pendidikan yang ditempuh oleh pelajar di institusi pendidikan tinggi dalam kurun waktu tertentu. Kuliah pada umumnya dimaknai sebagai pendidikan untuk mendapatkan gelar sarjana. 

Predikat D2, D3, D4, S1, S2, S3 dan sederet titel keahlian lainnya sesuai dengan bidang keilmuan yang dipelajari adalah salah satu syarat umum bagi seseorang untuk bisa mendapatkan sebuah pekerjaan, secara khusus di Indonesia. Tanpa ijazah resmi dan titelnya, sulit memperoleh pekerjaan. 

Kemampuan skill dan tingkat pendidikan masih menjadi dua hal yang sedikit banyak bertolak belakang dalam hal penerimaan karyawan dan pegawai. 

Ijazah S1, misalnya, adalah syarat standar untuk bisa melamar pekerjaan, entah karyawan di perusahaan maupun sebagai calon pegawai negeri. Kalaupun masih ada lowongan pekerjaan yang menerima ijazah SMA/SMK, biasanya karena membutuhkan keahlian khusus atau sistim kerjanya kontrak paruh waktu. 

Intinya, status sebagai pekerja tidak tetaplah yang membuat sejumlah lulusan SMA/SMK bisa langsung diterima. Di samping itu, ada perusahaan seperti bank tertentu yang menerima karyawan lulusan SMA/SMK yng selanjutnya mereka kuliahkan. Jadi, ada program kerja sambil kuliah. 

Lalu, masih relevankah kuliah atau wajibkah kuliah, khususnya di Indonesia di tengah polemik uang kuliah yang menukik tajam? Jawaban saya untuk saat ini, YA. Mengapa? Sistem pendidikan kita masih menganut sistem berjenjang dari pendidikan dasar menuju S1. Tradisi masyarakat masih melekat bahwa pendidikan itu sah selesai ketika menjadi sarjana. Sehingga, tradisi kuliah dan menguliahkan anak masih bertahan dan bahkan menjadi primadona. 

Foto ketika mengikuti program Kuliah Kerja Nyata. Sumber: dok.pribadi/diolah dari koleksi Facebook Yulius Roma Patandean. 
Foto ketika mengikuti program Kuliah Kerja Nyata. Sumber: dok.pribadi/diolah dari koleksi Facebook Yulius Roma Patandean. 

Oleh karena kuliah masih menjadi tradisi umum warga Indonesia, maka kuliah juga menjadi wadah mengangkat derajat keluarga. Prestise sebuah keluarga kadang dinilai secara sosial dari tingkat pendidikan anak-anaknya. Makin tinggi pendidikan anak, makin tinggi pula penghargaan secara sosial dari lingkungannya. 

Hingga saat ini, para lulusan SMA dan bahkan SMK masih berlomba-lomba untuk bisa lolos seleksi masuk perguruan tinggi. Lolos ke salah satu PTN favorit nantinya membawa kebanggaan tersendiri bagi mereka. Tanpa mempertimbangkan besaran uang kuliah tunggal (UKT), yang penting bisa lolos dulu. 

Kuliah dalam bingkai tradisi merupakan sebuah simbiosis mutualisme rutin setiap tahun. Ada seleksi masuk PTN berarti menghidupkan ribuan bimbingan belajar. Bak jamur di musim hujan, lembaga-lembaga penyedia bimbel susah mulai menyerbu sekolah sejak bulan November. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun