Dokter spesialis adalah profesi khusus dari pekerjaan sebagai dokter yang membutuhkan keahlian khusus sebagai bagian pengembangan karir. Spesialis karena memang menjalani proses pendidikan yang mendapatkan perlakuan khusus dalam rangka memperdalam kompetensinya pada satu keahlian spesifik yang dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan masyarakat.Â
Karena spesialnya profesi dokter spesialis, maka keuntungan timbal balik yang akan diperoleh para lulusannya adalah dimungkinkan untuk mendapatkan penghasilan yang bernilai spesial pula.Â
Di sisi lain, proses pendidikan seorang calon dokter spesialis tidak semudah pendidikan dokter umum atau pendidikan profesi lainnya. Biaya yang besar dibutuhkan untuk menuntaskan pendidikan profesi sebagai dokter spesialis. Satu hal lainnya yang tak kalah penting adalah kemampuan mental.Â
Dibutuhkan mental yang sangat kuat bagi seorang mahawasiswa selama menjalani pendidikan  ini. Jika bermental "tempe" terhadap tantangan proses pendidikan, maka semangat untuk menuntaskan pendidikan ikut buyar. Terlebih, hanya mereka yang "berpenghasilan spesial" yang mampu sampai pada dokter spesialis. Selebihnya adalah para mahasiswa yang memang jenius dan masuk lewat jalur bantuan dan beasiswa. Sehingga tidak mengherankan jika hasil screening kesehatan para mahasiswa calon dokter spesialis mengalami masalah.Â
Mengapa sampai mengkhawatirkannya kesehatan mental calon dokter spesialis ini? Dibutuhkan refleksi dari semua unsur yang terkait dengan pendidikan dokter spesialis ini.Â
Kemampuan kognitif seharusnya selaras dengan pendidikan dan profesi yang akan dijalani kelak oleh seorang anak. Jika kemampuan otak mumpuni, maka ia pun akan mudah menyesuaikan diri dengan karakteristik pendidikan yang akan dijalaninya.
Selanjutnya, kemampuan biaya. Calon dokter spesialis membutuhkan biaya ratusan juta rupiah untuk bisa menuntaskan pendidikannya. Biaya mahal karena sesuai dengan bidang keilmuan dan kebutuhan biaya peralatan yang canggih pula.Â
Berikutnya, kemampuan mental. Percaya diri, optimis dan memiliki visi yang jelas saat mengikuti pendidikan dokter spesialis harus dimiliki oleh mahasiswa. Padat dan kerasnya pembelajaran juga ikut mempengaruhi kesehatan mental calon dokter spesialis. Penelitian dan observasi yang mendalam terkait bidang yang digelutinya tentu mengorbankan banyak waktu, materi dan kesehatan.
Ketiga hal ini seyogyanya berbanding lurus ketika menjalani pendidikan dokter spesialis. Lalu, bagaimana jika salah satunya tidak terpenuhi?
Saya mencoba menelusuri berdasarkan pengalaman sebagai guru di sekolah. Selama bertahun-tahun sejak menjadi guru PNS saya menangani pendataan dan pendaftaran para siswa di sekolah yang akan masuk perguruan tinggi negeri.Â