Seorang pendidik adalah sosok yang berperan memberikan pengajaran, didikan dan ilmu pengetahuan kepada peserta didik di lingkungan sekolah. Ia tak hanya mengajarkan materi pelajaran. Ia juga membekali anak didiknya dengan didikan bermakna.
Fokus seorang pendidik sejati tak lain adalah membuat anak didiknya berjalan ke arah yang sesuai karakteristiknya untuk kelak bisa menjadi manusia seutuhnya. Menyampaikan materi pelajaran baginya penting, tetapi yang tak kalah penting lagi adalah mengenali setiap anak didiknya.Â
Menjadi pendidik atau guru, tak hanya bertugas mengajarkan materi pelajaran. Anak didik butuh tuntunan. Mereka butuh sosok yang patut mereka contoh.Â
Seorang pendidik sejati tak ubahnya seperti seorang gembala. Ketika seorang gembala kerbau atau gembala sapi tiba di padang penggembalaan, dengan hanya membunyikan lonceng, bersiap atau memukul pentungan, ternak-ternak gembalaannya yang tersebar di padang luas dan semak-semak akan datang berbondong-bondong. Bahkan banyak yang bermanja ria dengan penggembalanya.
Jumlah, ciri-ciri dan sifat setiap ternak sudah diketahui dengan baik oleh sang gembala. Ketika ada ternaknya yang tiba-tiba memiliki penyimpangan  perilaku, ia segera mengidentifikasinya dan mencoba mencari solusinya.
Gembala yang baik tak akan pernah membiarkan ternak gembalaannya hilang. Ia akan mengusahakan untuk mencukupi kebutuhan ternaknya setiap hari.
Tak ubahnya seperti seorang gembala, demikianlah sosok pendidik yang sejati. Ia wajib mengetahui semua peserta didiknya. Paling tidak ia mengetahui nama-nama anak didiknya.Â
Lambat laun, ia akan mulai mengidentifikasi karakteristik dari setiap anak didiknya. Dengan sabar ia akan mempelajari setiap keunikan dari mereka.Â
Pendidik sejati akan sedih ketika anak didiknya gagal. Ia bergumul ketika ada anak didiknya yang harus dikeluarkan dari sekolah. Ia akan selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk membuat anak didiknya berhasil.Â
Pada kurikulum merdeka, telah ada asesmen diagnostik non kognitif. Di sini, peran pendidik makin terarah untuk mengenal anak didiknya lebih mendalam.
Dengan demikian, seperti seorang gembala, ketika setiap keunikan anak didik telah diketahui, maka makin mudah bagi pendidik untuk mengarahkan anak didiknya. Mudah pula untuk merancang pemenuhan kebutuhan belajar mereka.Â
Lalu ada pembelajaran berdiferensiasi. Pendidik sejati akan berupaya memahami kemampuan anak didiknya. Ketika anak didiknya berkebutuhan khusus, maka ia akan berupaya melakukan layanan pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar anak didiknya. Pun demikian dalam ujian. Ia akan melakukan layanan khusus bagi anak didiknya yang berkebutuhan khusus.Â
Sehingga, secara bertahap, peserta didik akan bertindak seperti domba-domba di padang gembalaan. Ketika mengetahui gembalanya datang, mereka akan berkumpul riang gembira.
Peserta didik yang bahagia terhadap pendidiknya, akan senantiasa merindukan kehadiran pendidiknya di dalam kelas. Pendidik dan peserta didik layaknya sebuah keluarga di dalam kelas. Tak ada segan atau takut. Yang ada adalah belajar bersama dan saling menghargai.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H